CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Usaha Pertanian Indonesia Mengalami Penyusutan, Ini Penyebabnya


Selasa, 05 Desember 2023 / 22:42 WIB
Usaha Pertanian Indonesia Mengalami Penyusutan, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Petani menanam bibit padi di persawahan Desa Wegil, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, Senin (13/11/2023). Usaha Pertanian Indonesia Mengalami Penyusutan, Ini Penyebabnya.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah usaha pertanian berdasarkan survei pertanian tahun 2023 turun sebanyak 2,35 juta unit atau 7,42% dibandingkan dengan 2013. Dimana sepuluh tahun yang lalu jumlah usaha pertanian sebanyak 31,7 juta unit. 

Posman Sibuea, Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian, Unika Santo Thomas Medan menyampaikan, dari survei yang dilakukan BPS tersebut juga terlihat usaha tani perorangan kini didominasi oleh usia 43 tahun ke atas. 

"Penurunan ini paling tidak dipengaruhi oleh sistem pertanian kita yang masih tertinggal meski bangsa ini berada di tengah kemajuan zaman," kata Posman dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/12).

Baca Juga: Petani Gurem Meningkat, Orang Miskin dari Sektor Pertanian Bertambah

Menurutnya, saat ini sektor pertanian dengan teknologi tradisionalnya tidak lagi memikat hati generasi muda yang berpendidikan tinggi. Di mana jumlah tenaga kerja di sektor pertanian makin berkurang karena sektor industri dan jasa  lebih menarik generasi muda. 

"Bidang pertanian dan pangan dianggap kurang bergengsi dan menjadi sumber kemiskinan," imbuhnya. 

Dengan hasil survei yang kurang menggembirakan tersebut, Ia mengatakan fenomena urbanisasi yang makin masif terjadi harus segera dijembatani secara baik. Pemerintah perlu mendorong agar bidang pertanian menjadi pilihan menarik bagi generasi Z.

"Perlu dirancang dengan secara baik dengan menggunakan teknologi berbasis digitalisasi, seperti dalam pengolahan tanah, pemberantasan hama penyakit, pemanenan, pengolahan pangan dan hasil pertanian," jelasnya.

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Cerminkan Daya Tahan di Tengah Risiko Global

Selain itu, penurunan unit usaha pertanian juga tidak terlepas dari dampak adanya fenomena El Nino. Ia menegaskan El Nino yang terjadi sudah menyulitkan petani. 

Meski Pemerintah telah memitigasi risiko dampak El-Nino dengan melakukan penyesuaian aturan bagi akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan percepatan realisasi Kredit Usaha Alsintan (KUA), namun Posman menyebut tidak serta merta bisa memulihkan dampak El-Nino yang memberikan ancaman terhadap ketahanan pangan nasional.

Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto memaparkan, usaha pertanian turun 2,35 juta unit dibandingkan tahun 2013. Tahun ini usaha pertanian sebesar 29.360.833 unit. 

Baca Juga: Harga Gabah Petani Naik, Jokowi Minta Stabilisasi Pasokan

Adapun usaha pertanian di Indonesia dalam 10 tahun terakhir masih didominasi oleh usaha pertanian perorangan (UTP). UTP tahun 2023 sebesar 29.342.202 unit. Jumlah ini turun dibandingkan tahun 2013 yang ada diangka 31.705.295 unit. 

Sedangkan sisanya merupakan usaha pertanian berbadan hukum (UPB) sebesar 5.705 unit. Berbeda dengan UTP, UPB justru mengalami kenaikan 35,54% dibandingkan tahun 2013. Demikian juga dengan usaha pertanian lainnya (UTL) sebesar 12.926 uni atau naik 116,08% dari tahun 2013.

"UTP paling sedikit di DKI Jakarta. Yang mengusahakan pertanian masih sebanyak 13.416 unit usaha pertanian. UTP paling banyak ada di provinsi Jawa Timur, tapi ini mengalami penurunan 8,08%," kata Atqo. 

Atqo menambahkan, berdasarkan survei juga terjadi peningkatan proporsi pengelolaan UTP yang berumur diatas 55 tahun. Sedangkan petani yang berumur kurang dari 44 tahun mengalami penurunan. 

Baca Juga: Mitigasi El Nino, Presiden Minta Jajarannya Waspada Kebutuhan Air Hingga Gagal Panen

"Jadi yang 55 tahun ke atas bertambah, yang di bawah 44 tahun penurunan, tapi secara umum tapi sebagian besar pengelola UTP berumur 45 tahun ke atas. Untuk yang 55 tahun ke atas hampir 40%. Tentunya mungkin ini jadi bahan kebijakan karena petani kita masih banyak yang umurnya sudah agak sepuh," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×