kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Vaksin dan Obat-obatan untuk Wabah PMK Masih Belum Maksimal, Begini Dampaknya


Senin, 27 Juni 2022 / 17:02 WIB
Vaksin dan Obat-obatan untuk Wabah PMK Masih Belum Maksimal, Begini Dampaknya
ILUSTRASI. Dokter hewan bersiap memberikan suntikan vaksin kepada tenak sapi yang terindikasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). ANTARA FOTO/Ampelsa/aww.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengatakan bahwa saat ini penyebaran wabah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masif terjadi. Namun, ketersediaan vaksin masih seret dan obat-obatan masih belum terdistribusi merata. Persoalan ini berpotensi membuat importasi sapi serta daging bertambah.  

Ketua Umum PPSKI, Nanang Purus Subendro mengatakan, penyebaran virus saat ini masih sangat masif dan cepat sekali. Namun pihak PPSKI masih memverifikasi data baik sapi yang tertular, potong bersyarat, mati, maupun sembuh. 

Menurutnya saat ini vaksinasi menjadi hal yang mutlak dan wajib disegerakan dalam jumlah yang cukup. 

“Sedangkan saat ini vaksin yang datang jumlahnya sangat sangat terbatas,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (27/6). 

Baca Juga: Sebanyak 240.944 Hewan Ternak Terjangkit PMK, 78.626 Ekor di Antaranya Sudah Sembuh

Pasalnya, Nanang mengungkapkan, hampir semua anak sapi yang induknya terpapar PMK tidak bisa diselamatkan. Kecuali, anak sapi tersebut mendapatkan susu colostrum dari induk lain yang sehat. Nanang memaparkan, penyebaran virus yang terjadi masif saat ini masih akan berlangsung cukup lama karena sifat virus memang cepat menyebar dan vaksinasi sangat lambat serta jumlahnya tidak cukup. 

Nanang tidak menampik bahwa beberapa waktu akan ada tambahan impor baik daging maupun sapi dengan catatan pihaknya minta didatangkan dari negara yang bebas PMK dan dalam jumlah yang terkendali. 

Kebutuhan obat-obatan untuk sapi melonjak

Nanang mengungkapkan bahwa ketersediaan obat-obatan seperti anti radang, multivitamin,  disinfektan maupun antibiotik di beberapa daerah sangat kekurangan.  Di lain sisi, jumlah tenaga dokter hewan maupun paramedis juga sangat terbatas. 

Nanang mengungkapkan, kebutuhan untuk penanganan sapi per-ekor yang terkena PMK dengan pengobatan medis berkisar antara Rp 200.000 sampai dengan Rp 500.000 untuk pengobatan sampai dengan satu minggu. 

Baca Juga: Ada PMK, Ini Aturan Penyelenggaraan Salat Idul Adha & Cara Kurban Tahun 1442 H/2022

Selain menggunakan obat-obatan medis peternak juga menggunakan sodium bicarbonat/soda abu atau soda kue juga bisa dijadikan sebagai pembersih luka sekitar bibir, lidah dan kuku. 

“Soda kue bersifat asam cukup efektif untuk membunuh virus PMK. Sodium bicarbonat juga untuk memperbaiki metabolisme rumen sapi,” terangnya. 

Selama ini peternak bisa mendapatkan obatnya melalui online maupun toko kimia, toko kue, dan via tenaga medis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×