kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Vale Akan Divestasi 14% Saham INCO, Mind Id Berpotensi Jadi Pengendali


Minggu, 09 Juli 2023 / 16:26 WIB
Vale Akan Divestasi 14% Saham INCO, Mind Id Berpotensi Jadi Pengendali
ILUSTRASI. Proses divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih berjalan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan, berdasarkan hasil pembicaraan sebelumnya, Vale berpotensi melepas lebih dari 11% saham ke Indonesia.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih berjalan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan, berdasarkan hasil pembicaraan sebelumnya, Vale berpotensi melepas lebih dari 11% saham ke Indonesia.

“Berdasarkan presentase (divestasi saham) terakhir 11% plus 3% jadi dengan itu 14%. Maka komposisinya Mind Id akan lebih besar,” ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (7/7).

Namun perihal nilai sahamnya, Arifin belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Menteri berharap pihak Vale akan lebih fleksibel soal harga.

“Yang basic dulu disepakati baru kemudian nanti (harganya). Intinya Vale mau lebih fleksibel soal harga kita harap memang harus demikian,” terangnya.  

Baca Juga: Pemerintah Ungkap Vale (INCO) Berpotensi Lepas 14% Saham untuk Divestasi

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat mengatakan, jika divestasi 14% saham Vale Indonesia dilakukan oleh Vale Canada Limited (VCL) maka Mind Id akan langsung menjadi pemegang saham mayoritas meski hanya mengempit 34% saham INCO.

Saat ini Vale Canada Limited (VCL) memegang 43,79% saham INCO. Jika 14% saham didivestasikan oleh VCL, maka komposisi pemegang saham INCO akan berubah di mana VCL hanya memegang 29,79% saham dan Mind Id sebesar 34%.

“Namun akan berbeda jika mengambil sahamnya Sumitomo, maka posisi Vale Canada Limited masih dominan. Maka itu harus jelas 14% akan diambil dari siapa,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (9/7).

Jika Mind Id menjadi pemegang mayoritas di INCO, maka serta merta holding perusahaan tambang milik negara itu memiliki wewenang penuh terhadap kebijakan Vale Indonesia ke depannya.

Sejalan dengan itu, tanggung jawab Mind Id terhadap investasi smelter INCO juga semakin besar. Saat ini, perusahaan tambang nikel tersebut tengah menggarap tiga proyek smelter dengan total investasi lebih dari US$ 8 miliar atau Rp 120,8 triliun (Asumsi Kurs Rp 15.100/USD).

Teguh menyatakan, hilirisasi nikel merupakan proyek dengan risiko tinggi dan bisnis jangka panjang. Prosesnya pun tidak mudah dari ground breaking hingga beroperasi.

“Jadi hanya satu pihak yang menyokong pendanaan seluruh proyek smelter ini biasanya tidak akan mau. Supaya berbagi-bagi risiko, maka semua pihak harus patungan termasuk Mind ID,” ujarnya.

Selain menggunakan cara patungan, kata Teguh, INCO juga memiliki opsi menjalankan aksi korporasi right issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Melalui penerbitan saham baru ke publik, INCO akan mendapatkan modal tambahan membangun smelternya.

Meski demikian, Teguh tidak menampik bahwa kewajiban patungan untuk proyek smelter ini juga akan memberatkan Mind Id. Menurutnya proyek dengan nilai investasi jumbo dan jangka panjang ini belum tentu memberikan keuntungan cepat.

“Apalagi biasanya harus pakai utang bank dan harus bayar bunganya,” ujarnya.

 

Menurut Teguh, tujuan membangun smelter nikel bukan hanya untung semata, melainkan menjalankan proyek srategis hilirisasi mineral di Indonesia. Tujuannya lebih besar yakni membangun lapangan pekerjaan dan pengembangan industri.

Teguh menilai, seusai proses divestasi, dia belum bisa memberikan gambaran pasti mengenai prospek saham perusahaan tambang di bawah Mind Id maupun Vale Indonesia.

Ia menambahkan, tiga perusahaan di bawah Mind Id yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah (TINS), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memiliki kinerja yang beragam. Misalnya saja kinerja PTBA cukup baik, tetapi kinerja TINS dan ANTM tidak terlalu cemerlang..

“Lantas untuk INCO tergantung juga, jika kinerja mereka bisa lebih baik lantas sahamnya akan naik. Tetapi kalau tidak, ya nilai sahamnya akan di situ-situ saja,” kata Teguh.

Dia kembali menegaskan, proyek smelter merupakan kewajiban INCO untuk mendapatkan perpanjangan izin pertambangannya dari sebelumnya Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus  (IUPK).

Selain itu, smelter yang dibangun INCO juga sekaligus untuk mendukung hilirisasi mineral di Indonesia. Maka itu, keuntungan yang diincar tidak berfokus pada korporasi saja, tetapi juga manfaatnya secara umum.

Baca Juga: Induk Vale Indonesia (INCO) Jual Saham ke Asing, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×