kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Wajib impor indukan, feedloter khawatir bangkrut


Selasa, 25 Oktober 2016 / 17:35 WIB
Wajib impor indukan, feedloter khawatir bangkrut


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.49 Tahun 2016 tentang pemasukan ruminansia besar. Salah satu poin penting dalam aturan ini adalah kewajiban bagi para feedloter mencantumkan jumlah sapi indukan dan bakalan dalam surat rekomendasi impor sapi. Kebijakan baru ini bertujuan untuk mendorong feedloter terlibat dalam mengembangbiakkan sapi di dalam negeri.

Wakil Ketua Umum Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Didiek Poerwanto mengatakan, aturan ini dirasakan terlalu berat bagi pengusaha sapi bakalan. Dalam prakteknya, kebijakan impor sapi bakalan dengan wajib mengimpor satu ekor sapi indukan setiap lima ekor sapi bakalan akan langsung memukul bisnis feedloter. Sebab pada tahun kedua pasca kebijakan ini diberlakukan, seluruh kapasitas kandang feedloter sudah dipenuhi sapi indukan.

Pasalnya, setiap kali mengimpor sapi bakalan maka 20% dari volume impor itu merupakan sapi indukan. Artinya bila dalam setahun, setiap feedloter tiga kali impor sapi bakalan, maka jumlah sapi indukan yang masuk ke kandang mereka sudah mencapi 60% dan pada tahun kedua jumlah sapi indukan yang ada di kandang sudah 100% dari total kapasitas kandang. "Maka kalau tidak ada penambahan kapasitas kandang, maka pada tahun kedua, semua kandang feedloter sudah dipenuhi sapi indukan," ujar Didiek kepada KONTAN, Selasa (25/10).

Selain masalah kandang, masalah permodalan juga menjadi kekhawatiran feedloter. Selama ini, feedloter dapat modal dari perbankan, maka setiap kali impor sapi bakalan, maka sebanyak 20% dari total modal mereka akan berhenti berputar, karena untuk menghasilkan anak dari sapi indukan butuh waktu di atas tiga tahun. Nah di tahun kedua, maka 100% modal feedloter terhenti di sapi indukan. "Dampaknya, semua dana operasional perusahaan akan tergerus dan ini berpotensi mematikan perputran bisnis feedloter," ujarnya.

Kalau pun feedloter bekerja sama dengan petani, maka tetap saja modal untuk pembelian sapi indukan ditanggung feedloter. Sebab sapi ini baru akan menghasilkan dalam tiga tahun setelah pembelian. Namun karena ini telah menjadi kebijakan, maka feedloter tidak ada pilihan lain selain mengikuti aturan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×