Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah membentuk holding panas bumi kini masih terus berjalan dengan fokus konsolidasi aset.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Mansury mengungkapkan, saat ini proses persiapan telah dilakukan. "Sudah berjalan sekitar sebulan proses persiapan konsolidasi," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (20/4).
Pahala melanjutkan, setelah proses konsolidasi rampung barulah holding perusahaan itu akan melakukan penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO).
Asal tahu saja, dalam rencana IPO ini nantinya pemerintah bakal membentuk holding panas bumi yang terdiri dari Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Geo Dipa Energy dan anak usaha PT PLN (Persero) yang memiliki portofolio pembangkitan panas bumi.
Dalam pemberitaan Kontan.co.id, sebelum melakukan IPO pemerintah memiliki rencana untuk menggabungkan ketiga perusahaan ini terlebih dahulu. Untuk itu, dinilai perlu waktu dan persiapan sebelum IPO bisa dilaksanakan.
Baca Juga: Melirik Potensi IPO Emiten Geotermal
Pahala menegaskan, langkah IPO perlu dipersiapkan dari sisi keuangan dan aset agar rencana melantai di bursa punya tujuan jangka panjang.
"Jangan sampai IPO hanya untuk IPO saja, apa nilai tambah yang bisa kita ciptakan. Kita masuk ke pasar modal tentu untuk mencari permodalan tambahan untuk kita melakukan pengembangan bisnis ke depan," jelas Pahala.
Di sisi lain, pengembangan panas bumi masuk dalam lima program prioritas dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Hal itu masuk dalam rancangan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional 2020-2024. Diharapkan dapat memberikan peningkatan dari energi baru terbarukan di dalam energy mix nasional.
Pengembangan panas bumi meliputi pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil. Potensi panas bumi yang tersebar disebut belum dimanfaatkan dengan baik karena membutuhkan investasi yang besar.
Selanjutnya: Erick Thohir percepat pembentukan holding BUMN panas bumi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News