Reporter: Venny Suryanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter. Wacana itu semakin kencang berhembus belakangan ini.
Terlebih sejak Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia memberikan sinyal akan ada kenaikan harga BBM jenis Pertalite dalam waktu dekat. Hal tersebut sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah global.
Andrianto Putera Tirtawisata, Direktur Utama PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA) mengatakan, perusahaan telah mengambil ancang-ancang untuk melakukan penyesuaian harga atau tarif layanan bila harga BBM naik.
“WEHA menggunakan BBM bersubsidi. Untuk sekarang belum ada efek. Akan tetapi apabila harus ada kenaikan mungkin perusahaan juga akan adjust dari segi harga atau tarif,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/8).
Baca Juga: Ada Sinyal Kenaikan Harga BBM, Ini Kata Blue Bird (BIRD)
Dia menambahkan, perseroan lebih menyetujui tidak adanya kenaikan harga BBM. Hal ini karena industri transportasi baru mulai pulih dari pandemi terutama di sektor transportasi.
“Tapi apabila pemerintah harus mengurangi subsidi karena beban yang terlalu tinggi, ya mau tidak mau kami juga harus mendukung pemerintah,” tambahnya.
Dia bilang, apabila harga BBM subsidi naik, tentu akan berdampak ke perusahaan. Namun hal tersebut bergantung pada seberapa besar kenaikan yang akan dilakukan. Sehingga, perseroan bisa secara bertahap melakukan kenaikan biaya secara bertahap.
“Kami juga lakukan antisipasi dengan melakukan simulasi kenaikan harga yang akan kami lepas ke pasar apabila terjadi kenaikan harga BBM,” tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News