Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyambut baik langkah WhatsApp yang membatasi jumlah forward message. Di tengah maraknya pesan hoaks yang kerap dikirim melalui aplikasi Whatspp.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menuturkan, WhatsApp membatasi jumlah forward message guna mengurangi viralnya potensi hoaks. Upaya tersebut sebenarnya sudah dibicarakan sejak dua bulan lalu dengan dilakukan beta test.
Fitur baru yang membatasi forward message di Whatsaap disebut Rudiantara mulai berlaku 21 Januari waktu Amerika atau jika Indonesia adalah 22 Januari.
"Dua bulan terakhir untuk beta test, dan sudah selesai beta test, akan berlaku besok, LA time besok 21 Januari, ya besok siang," jelas Rudiantara saat preskon di Gedung Kementerian Kominfo, Senin (21/1).
Indonesia yang tercatat sebagai lima negara yang memiliki pengguna aplikasi Whatsaap tertinggi, dengan adanya fitur baru disebut Rudiantara cukup untuk mengurangi viralnya hoaks yang kerap terjadi melalui aplikasi instant messaging tersebut.
"Dibanding tidak ada batasnya, ini cukup lebih baik. Karena teknologi dengan unlimited foward, jika kontennya positif itu justru bagus, kita pasti support. Tapi kalo konten negatif seperti hoaks atau berita palsu ini menjadi isu yang concern keprihatinan kita," tambah Rudiantara.
Jadi nantinya pengguna hanya dapat mem-forward pesan melalui aplikasi WhatsApp ke lima nomor saja maupun grup. Setelah itu maka pesan tersebut sudah tidak dapat diteruskan.
Mengenai bagaimana jika pesan tersebut diketik kembali, VP Public Policy and Communication WhatsApp, Victoria Grand menjawab bahwa itu termasuk pesan baru.
"Satu bisa di-forward seterusnya lima kali. Hanya bisa di-forwad lima kali. Sama to any number, seminggu kita hanya bisa mengirim lima kali ke nomer WA baik grup maupun indvidual," jelas Rudiantara.
Namun Rudiantara tetap mengapresiasi bahwa langkah pembatasan tersebut pastinya akan mengurangi angka viralnya hoaks di WhatsApp. Di mana modus operandinya penyebaran hoaks biasanya menggunakan akun media sosial, IG, twitter.
Setelah di unggah maka akan di screen shoot dan diviralkan melalui WhatsApp sedangkan akun sosial media yang mengunggah di awal sudah di-take down atau ditutup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News