kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO akhirnya hapus himbauan menyesatkan soal industri sawit setelah diprotes keras


Rabu, 13 Mei 2020 / 13:22 WIB
WHO akhirnya hapus himbauan menyesatkan soal industri sawit setelah diprotes keras
ILUSTRASI. A Sime Darby Plantation worker shows palm oil fruits at a plantation in Pulau Carey, Malaysia, January 31, 2020. Picture taken January 31, 2020.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya merevisi himbauan menyesatkan terkait sawit yang tertuang dalam infografis yang berjudul "Nutrition Advice for Adults During Covid-19" yang diterbitkan oleh Kantor Regional WHO Mediterania Timur edisi 7 Mei 2020.

Dalam infografis itu WHO menganjurkan kepada masyarakat khususnya orang dewasa untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung saturated fats (lemak jenuh) seperti minyak sawit dan minyak kelapa.

Namun kini, WHO regional Mediterania Timur telah menghapuskan informasi yang mencantumkan "do not eat saturated fats" atau tidak mengonsumsi makanan dari minyak sawit dengan kata "eat less saturated fats".

Perbaikan himbauan itu dilakukan setelah pemerintah Indonesia dan Malaysia bersama para pemangku kepentingan industri sawit melakukan protes keras terhadap WHO.

Baca Juga: Kirim surat, anggota parlemen AS minta dukungan agar Taiwan masuk jadi anggota WHO

Kampanye menyesatkan itu, bukan yang pertama kali. Dalam buletin resmi yang dirilis Januari 2019 bertajuk “The Palm Oil Industry and Noncommunicable Disesae” WHO bahkan menyetarakan industri  sawit dengan industri tembakau dan alkohol karena memberikan dampak negatif kepada manusia dan kesehatan di bumi.

Hanya saja hingga kini WHO tidak pernah meralat pernyataannya.

Wakil Menteri Luar Negeri  Mahendra Siregar dalam suratnya kepada WHO menyebutkan organisasi kesehatan dunia tersebut perlu menciptakan perspektif yang seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat khususnya minyak sawit.

Mahendra juga mendesak agar WHO menerapkan prinsip kehati-hatian ketika menerapkan saran yang bersifat umum ke dalam konteks yang bersifat khusus.

Dalam keterangannya, Rabu (13/5), Mahendra, Pemerintah Indonesia sangat prihatin dengan konten materi yang tidak berimbang dan menyampingkan konsumsi minyak sawit sebagai produk yang layak dikonsumsi selama pandemi.

Karena itu, Mahendra meminta WHO untuk membuat perubahan pada isi publikasi, menerapkan prinsip imparsialitas sebagaimana layaknya Badan PBB, menciptakan perspektif yang lebih seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat khususnya minyak sawit, serta menerapkan prinsip kehati-hatian ketika menerapkan saran yang bersifat umum ke dalam konteks yang bersifat khusus. Dalam surat tersebut, terdapat 7 poin yang mengoreksi artikel WHO.

Baca Juga: Harga CPO sentuh level terendah 9 bulan, ini penyebab utamanya

Sementara itu, Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) dalam suratnya kepada WHO mengklarifikasi bahwa meski  punya kandungan lemak jenuh tinggi, minyak sawit merupakan sumber minyak goreng yang paling banyak digunakan di dunia.

Minyak kelapa sawit aman dikonsumsi karena memiliki komposisi beragam asam lemak yang seimbang dan telah dikonfirmasi oleh banyak studi penelitian ilmiah secara global.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×