Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Keinginan PT Wijaya Karya Beton Tbk (Wika Beton) menjaga stabilitas pasokan bahan baku hampir mendekati kenyataan. Rencananya, pada 29 Januari 2014 nanti, anak perusahaan
PT Wijaya Karya Tbk ini akan meresmikan pembukaan tambang terbuka (quarry), batu-batuan (split). Split adalah salah satu bahan baku produksi beton pra cetak (pre cast), selain semen dan pasir. Quarry merupakan sitem tambang terbuka yang diterapkan untuk mengeruk bahan tambang seperti galian industri atau mineral industri.
Nah, tambang terbuka split ini berlokasi di Cigudeg, Bogor, Jawa Barat. Pertambangan ini memiliki kapasitas produksi sebanyak 35 ton split per jam. "Pertambangan ini mampu menyuplai bahan baku pembuatan precast berupa split bagi kami hingga 30 tahun ke depan," terang Sekretaris Perusahaan Wika Beton Puji Haryadi kepada KONTAN, Rabu (14/1).
Kelak jika pertambangan tersebut sudah dibuka, Wika Beton tak perlu repot membeli banyak split lagi. Perusahaan ini akan memproduksi split di Cigudeg untuk memasok kebutuhan bahan baku produksi di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.
Selain jaminan pasokan, pengoperasian tambang dam pemanfaatan split produksi sendiri berpotensi mengecilkan biaya operasional. Manajemen Wika Beton menyebutkan, selama ini harga split dari pemasoknya terpengaruh kondisi makro ekonomi. Antara lain harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL).
Sayangnya, perusahaan berkode WTON di Bursa Efek Indonesia itu belum bersedia menyebutkan proyeksi efisiensi biaya operasional yang akan mereka dapat. Mereka juga belum memerinci nilai investasi pembukaan tambang terbuka itu. "Kalau angka, baru pada 29 Januari nanti sekalian," ujar Puji.
Mengintip laporan keuangan WTON per 30 September 2014, Wika Beton mengeluarkan Rp 1,99 triliun untuk beban pokok penjualan. Beban ini naik 14,54% dari periode yang sama tahun 2013 yakni RP 1,73 triliun.
Di dalam pos beban pokok penjualan itu, terdapat komponen biaya langsung produksi seperti biaya material sebesar Rp 54,19 miliar. Biaya material ini naik 48,22% dari September 2013 yakni Rp 36,56 miliar.
Ada pula biaya operasional proyek sebesar Rp 374,83 miliar. Biaya ini lebih besar 6,66% dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp 351,42 miliar.
Menjual produksi split
Tak cuma untuk kebutuhan sendiri, Wika Beton juga membuka peluang untuk menjual produksi split miliknya. Dengan catatan, setelah kebutuhan internal terpenuhi. Dengan begitu, perusahaan ini berpotensi mengantongi pendapatan tambahan dari menjual split tersebut.
Pembukaan tambang terbuka split di Cigudeg adalah satu dari sejumlah rencana Wika Beton tahun ini. Untuk memuluskan rencana tahun ini, perusahaan ini telah mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 608 miliar. "Sebagian dari belanja modal ini juga digunakan untuk investasi quarry Cigudeg," tandas Puji.
Wika Beton menargetkan pendapatan hingga Rp 4 triliun hingga akhir 2015 nanti. Target itu lebih besar 27,79% dari proyeksi pendapatan perusahaan ini pada 2014, yakni sebesar Rp 3,13 triliun. Sementara target laba tahun ini sekitar Rp 350 miliar.
Hingga September 2014, Wika Beton telah mencetak pendapatan Rp 2,32 triliun. Ada delapan sumber pendapatan. Dua kontributor terbesar adalah penjualan tiang pancang Rp 1,51 triliun dan beton jembatan senilai Rp 291,70 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News