kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WIKA membidik kontrak baru Rp 21 triliun


Rabu, 13 Februari 2013 / 08:09 WIB
WIKA membidik kontrak baru Rp 21 triliun
ILUSTRASI. Ini jadwal dan link pengumuman hasil Seleksi Kompetensi PPPK Guru 2021 tahap 1. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Perusahaan konstruksi PT Wijaya Karya Tbk Tbk membidik kontrak baru tahun ini senilai Rp 20,75 triliun. Dengan tambahan nilai kontrak carry over 2012 sebesar Rp 18,11 triliun, maka Wijaya Karya berpotensi meraih total kontrak senilai Rp 38,86 triliun selama 2013.

Jumlah itu tumbuh 15% dari target tahun lalu yang senilai Rp 33,78 triliun. "Peningkatan nilai kontrak tahun ini memang kami patok 15% dibanding tahun lalu," ujar Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Natal Argawan, Selasa (12/2).

Dari target kontrak baru tahun ini, porsi proyek yang berasal dari perusahaan BUMN masih dominan, yakni 44,9% setara Rp 9,31 triliun. Kemudian proyek pemerintah berkontribusi 30,4% atau senilai Rp 6,31 triliun dan proyek swasta menyumbang 24,7% atau Rp 5,13 triliun.

Salah satu proyek yang menjadi incaran Wijaya Karya di tahun ini adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro (PLTMH) 25 megawatt di Lampung. Investasinya ditaksir Rp 337,5 miliar atau US$ 37,5 juta.

Jika berhasil mendekapnya, maka ini merupakan proyek PLTMH pertama Wijaya Karya. Menurut Natal, industri pembangkit tenaga air akan menguntungkan karena risikonya lebih kecil, misalnya, pembeli listrik dipastikan sudah ada yaitu PT PLN. Juga ada kepastian bahan baku berupa air.

Investasi PLTMH juga hampir sama dengan pembangkit lain, yaitu US$ 1,5 juta per MW. Dus, total dana untuk membangun PLTMH Lampung mencapai US$ 37,5 juta. "Dibandingkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), kami harus lebih dulu memastikan pasokan bahan baku batubaranya," kata Natal.

Dalam proyek PLTMH Lampung, emiten berkode saham WIKA ini akan menggarap sendiri. Natal bilang, sekitar US$ 11,25 juta atau 30% dari kebutuhan investasi diambil dari kas internal, sedangkan sisanya pinjaman perbankan.

Proyek PLTMH Lampung akan membutuhkan waktu konstruksi sekitar satu tahun. Dus, Wijaya Karya berharap pada 2014 proyek itu sudah bisa rampung dan masuk dalam interkoneksi jaringan Sumatera dan Jawa.

Manajemen WIKA memproyeksikan kontribusi pembangkit ini belum berpengaruh signifikan terhadap pendapatan konsolidasi. "Tidak akan sampai 10%. Sebagai perbandingan, empat pembangkit kami yang sudah beroperasi hanya menyumbang 10% pendapatan," ujar Natal.

Selain pembangkit, Wijaya Karya mengincar tiga paket proyek pembangunan terowongan dan bawah tanah Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta koridor Selatan-Utara tahap I, yakni Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia senilai total Rp 4 triliun hingga Rp 4,5 triliun. Saat ini masih proses klarifikasi kandidat pemenang.

Di tender MRT, WIKA bersama konsorsium Obayashi-Shimizu-PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk, ditetapkan sebagai kandidat pemenang dalam dua paket proyek terowongan dan bawah tanah MRT Jakarta.

WIKA menargetkan penjualan tahun ini Rp 11,85 triliun, naik 30% daripada target penjualan tahun lalu yang dipatok senilai Rp 9,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×