kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Yang hilang dari para musisi


Sabtu, 18 Mei 2013 / 10:07 WIB
Yang hilang dari para musisi
ILUSTRASI. Customer Service melayani nasabah di Digital Lounge Bank Neo Commerce Jakarta, Selasa (26/10). pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/26/10/2021.


Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Pembajakan musik di Indonesia kian marak. Kondisi ini membuat Menteri Perdagangan Gita Wirjawan angkat bicara. Gita bilang, potensi konsumsi musik Indonesia bisa mencapai Rp 5 triliun per tahun, namun hanya 10% yang masuk kantong para musisi.

Gita mengakui tidak mudah mengubah perilaku masyarakat menjadi konsumen yang hanya mau membeli musik secara fisik baik CD ataupun DVD asli. Menurutnya, dengan maraknya pembajakan membuat pendapatan pemerintah juga berkurang. "Pembajakan sangat merugikan musisi, masyarakat dan pemerintah," kata Gita, Jumat (17/5).

Dalam diskusi dengan beberapa musisi tanah air yang dilakukan di Kantor Kementerian Perdagangan, para musisi berharap adanya sinergi oleh ketiga Kementerian, yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Hukum dan HAM, serta Kementerian Perindustrian dalam memerangi pembajakan.

Pengawasan yang dilakukan pemerintah melalui tiga Kementerian ini antara lain untuk memastikan  para pelaku usaha di industri cakram optik isi lagu dan film mematuhi beberapa ketentuan yang memberi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual para pekerja seni.

Dalam diskusi itu, muncul pendapat dari para artis, bahwa penghargaan terhadap karya seni mereka akan dapat semakin mendorong iklim industri seni di Indonesia menjadi lebih kondusif. Kondisi itu akan menjadi pendorong bagi para artis dan pekerja seni untuk lebih produktif dalam berkreasi.

Adi Adrian, personil KLA Project menambahkan, penjualan musik secara fisik di Indonesia melalui kaset maupun CD (compact disc) terus menunjukkan penurunan. Meski tidak merinci, namun sejak tahun lalu penjualan fisik musik hanya 40%. "Tak heran bila toko kaset dan CD terancam tutup," kata Adi.

Menurut Adi, penjualan musik secara fisik masih menjadi andalan di Indonesia. Pasar musik digital dalam negeri masih belum berkembang bahkan tidak ada. Catatan saja, salah satu layanan penjualan musik digital adalah iTunes.

Sam Bombo, musisi senior juga mengatakan tren penurunan pembelian musik secara fisik. Ia mencontohkan, bila tahun 1975 lalu Rhoma Irama dapat menembus penjualan hingga 1 juta copy, dan Bimbo dapat menjual hingga 500.000 copy. Saat ini musik yang menyabet penghargaan best seller hanya mampu menjual 1 juta copy saja. "Seharusnya bisa 20 juta saat ini," cetus Sam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×