kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bioskop XXI menggulung 100 layar


Jumat, 19 Februari 2016 / 11:46 WIB
Bioskop XXI menggulung 100 layar


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Dominasi PT Nusantara Sejahtera Raya, pemilik jaringan bioskop Cinema 21 alias XXI akan menciut. Perusahaan tersebut akan menutup sejumlah bioskop  yang berlokasi di pusat perbelanjaan milik Grup Lippo.

Penutupan bioskop XXI tersebut berkaitan dengan masa kontrak penggunaan area yang telah berakhir. Sementara, perusahaan itu tak bisa memperpanjang kontrak. Pasalnya, Grup Lippo berniat menggantikan eks lokasi bioskop XXI dengan bioskop milik Grup Lippo sendiri, yakni Cinemaxx.

Penutupan bioskop XXI tersebut akan terjadi secara bertahap. "Kami akan menutup sekitar 100 layar sampai  tahun 2019 karena digantikan bioskop Cinemaxx," ujar Catherine Keng, Sekretaris Perusahaan PT Nusantara Sejahtera Raya di Djakarta Theatre XXI, Kamis (18/2).

Lokasi bioskop XXI yang akan tutup pada tahun ini berada di enam lokasi pusat perbelanjaan. Tiga di antaranya adalah Cibubur Junction, Malang Townsquare dan Depok Townsquare.

Enam bioskop XXI yang tutup di tahun ini melengkapi bioskop yang sudah tutup pada rentang tahun 2014-2015. Bioskop yang sudah tutup dalam dua tahun terakhir, berada di fX Plaza Sudirman, Plaza Semanggi, Sun Plaza Medan, WTC Serpong dan Cilandak Townsquare.

Meski merasa terpaksa menutup sejumlah bioskop, Nusantara Sejahtera akan membuka bioskop baru. Sampai akhir tahun ini, perusahaan tersebut menargetkan menambah 74 layar lewat tujuh bioskop anyar. Ketujuh lokasi bioskop yang mereka bidik di Ambon, Manado, Riau, Karawang, Cileungsi, juga Basura dan Kasablanka di Jakarta.

Nusantara Sejahtera masih mempertahankan area pusat perbelanjaan sebagai lokasi pendirian bioskop. Perusahaan itu tak berniat beralih lokasi, maupun dengan mendirikan bioskop di lokasi sendiri (stand alone).

Catherine menjelaskan, sejak konsep beralih menjadi tipe cineplex, bioskop mulai bergeser ke pusat perbelanjaan. "Karena di mal, penonton tidak hanya menonton, mereka bisa sekaligus berbelanja dan bersosialisasi," kata dia.

Dua sisi mata uang

Adapun investasi untuk menambah satu layar bioskop di pusat perbelanjaan mencapai US$ 600.000-US$ 650.000.  Alhasil, hitungan KONTAN, nilai total investasi penambahan 74 layar XXI setara dengan 
US$ 44,4 juta-US$ 48,1 juta.

Namun, peralihan pembukaan bioskop hanya di pusat perbelanjaan seperti mata uang yang memiliki dua sisi. Meski menjanjikan potensi penonton yang lalu lalang, lokasi ini juga menjadi hambatan Nusantara Sejahtera berekspansi. Perusahaan ini  mengaku kesulitan merambah lokasi anyar yang belum memiliki pusat perbelanjaan. 

Di sisi lain, Nusantara Sejahtera tak berminat menghadirkan bioskop yang menyasar konsumen kelas dua atau kelas menengah ke bawah. Perusahaan itu sudah pernah mencoba menghitung nilai ekonomi dari bioskop yang hadir di rumah toko (ruko). Hitungan mereka, keuntungan yang didapat belum tercapai.

Tri Rudy Anitio, Direktur Nusantara Sejahtera, menyatakan, selama tahun lalu jumlah penonton XXI mencapai 72 juta orang dan rata-rata harga tiket Rp 35.000. Sementara jumlah penonton tahun 2014 sebanyak 69 juta orang.  

Kalkulasi KONTAN, selama tahun lalu pendapatan tiket perusahaan ini mencapai sekitar Rp 2,52 triliun. 

Sampai dengan Februari 2016, Nusantara Sejahtera memiliki 826 layar di 152 lokasi. Jumlah layar itu setara dengan 73,95% total 1.117 layar bioskop di Indonesia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×