kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cari solusi mengatasi banjir Jakarta, ini upaya yang dilakukan Katama Suryabumi


Kamis, 08 April 2021 / 06:43 WIB
Cari solusi mengatasi banjir Jakarta, ini upaya yang dilakukan Katama Suryabumi
ILUSTRASI. Warga melintasi air yang membanjiri pemukiman di kawasan Cipinang Melayu, Jakarta,


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Katama Suryabumi, perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan inovasi menggandeng penemu teknologi sistem pengendali banjir untuk mencari solusi untuk mengatasi persoalan banjir di Jakarta.

Katama Suryabumi merupakan pemilik inovasi konstruksi sarang laba-laba yang dirancang untuk bangunan-bangunan tahan gempa di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh.

Terbaru,  konstruksi ini dipakai untuk konstruksi Kampus Untirta di Sindangsari, Kabupaten Serang yang belum lama ini diresmikan Presiden Joko Widodo.

"Kerja sama ini berangkat dari keprihatinan persoalan banjir di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Sehingga perlu dicari solusi banjir yang efektif tetapi juga lebih ramah lingkungan," kata CEO PT Katama Suryabumi, Kris Suyanto dalam keterangan resminya, Rabu (7/4).

Baca Juga: Mengenal konstruksi sarang laba-laba tahan gempa

Kris menjelaskan, prinsip dari teknologi ini adalah dengan mengalirkan air yang di permukaan saat terjadi banjir kembali ke dalam perut bumi, sehingga bisa dipakai sebagai cadangan (deposit) air tanah.

Seperti diketahui, berbagai inovasi pengendali banjir sudah diterapkan di DKI Jakarta mulai sistem polder, embung, kolam olakan,  sumur resapan, embung, kanal, waduk, namun pada kenyataannya belum sepenuhnya efektif untuk menangani bencana tersebut.

Pemerintah sendiri juga tengah mempercepat pembangunan Bendungan Ciawi, Kabupaten Bogor dan Sukamahi, Kabupaten Sukabumi .

Di sepanjang aliran sungai juga harus tersedia infrastruktur pengendali banjir dengan sistem drainase dan polder yang mumpuni. Banyak inovasi yang dibangun agar air tak semuanya terbuang ke sungai salah satunya drainase vertikal yang digagas Pemprov DKI Jakarta.

Sebenarnya drainase vertikal mengadopsi dari biopori hanya dibuat dengan diameter lebih besar. Namun, metode ini juga dianggap tak terlalu efektif di saat datang musim hujan, tanah jenuh akan air. Kondisi ini membuat drainase vertikal tidak mampu lagi menyerap genangan air dipermukaan.

Penemu dari sistem pengendali banjir, Abdul Kadir dan Badransyah telah mematenkan teknologi temuannya ke Kemenkumham. Prinsip kerja dari teknologi ini  memasukan air dari kali/ sungai sebanyak-banyaknya dengan cepat ke dalam akuifer perut bumi dan menyimpannya sebagai cadangan (deposit) air.

DKI Jakarta air tanah banyak dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari air minum, memasak makanan, mencuci, hingga mandi, dan lain sebagainya. Eksploitasi air tanah berlebihan ini membuat infiltrasi (rembesnya) air laut ke daratan dan juga membuat permukaan air tanah mengalami penurunan (land subsidence).

Kondisi ini bisa dicegah apabila air tanah yang dieksploitasi ini dikembalikan lagi ke dalam tanah. Teknologi Ramah Banjir ini memungkinkan air yang berlimpah saat musim hujan dikembalikan lagi ke dalam tanah dalam waktu singkat untuk menjadi tabungan saat kemarau.

Menurut Kris Suyanto, teknologi ramah banjir ini pernah diuji coba di Tb Simatupang Jakarta Selatan tepatnya dekat dengan lokasi Sekolah High Scope.

Seharusnya, uji coba teknologi ini berlangsung selama 20 tahun, setelah sebelumnya mendapat disposisi dari Pemprov DKI Jakarta tahun 2013. 

"Selama uji coba itu, memang terbukti mampu mengatasi genangan yang kerap terjadi di kawasan itu. Sayang sebelum masa uji coba habis kawasan itu keburu dibangun jalan Tol Depok Antasari, sehingga seluruh teknologi itupun lenyap dibalik jalan beton," katanya.

Baca Juga: "Konstruksi laba-laba" terbukti mampu bersaing

Sementara Badransyah mengatakan teknologi ramah banjir yang dipergunakan berbeda dengan sumur vertikal yang dikembangkan Pemprov DKI Jakarta. Lubang yang dibuat untuk saluran air memiliki kedalaman tertentu  hingga menembus batu tempat cadangan air.

Teknologi  ini menggunakan rangkaian pipa pralon yang disambung untuk mengalirkan air permukaan ke bawah tanah. Untuk mencapai kedalaman ideal sebelum dilakukan pengeboran dibuat tes sondir untuk mengetahui daya dukung tanah.

Badran menyampaikan teknologi ramah banjir ini sudah melalui rangkaian uji coba sebelumnya. Salah satunya biaya operasi dan pemeliharaan. Setelah dihitung-hitung dengan sistem filter yang dibuat tidak butuh biaya dan waktu untuk perawatan.

"Cukup menggunakan tenaga PPSU/ pasukan oranye yang sudah ada untuk melakukan perawatan. Perawatan juga tidak perlu menggunakan peralatan maupun keahlian khusus." jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×