kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,33   7,98   0.86%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cuaca tak bersahabat, produksi cengkeh merosot


Senin, 05 September 2011 / 09:10 WIB
Cuaca tak bersahabat, produksi cengkeh merosot
ILUSTRASI. Sejumlah warga melintas di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/7/2019). Cuaca besok di Jawa dan Bali cerah hingga berawan juga hujan ringan, menurut prakiraan BMKG.


Reporter: Gloria Haraito, Bernadette Christina Munthe | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Petani cengkeh dan industri yang terkait dengannya harus gigit jari. Anomali cuaca yang terjadi pada awal tahun 2011 bakal menurunkan produksi cengkeh.

Soetardjo, Ketua Umum Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), memperkirakan, produksi cengkeh hanya akan berkisar 10.000 ton hingga 15.000 ton tahun ini. Jumlah ini hanya 9,09%-13,63% dari perkiraan produksi cengkeh yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) yang sebesar 110.316 ton.

Prediksi Soetardjo cukup beralasan. Sebab, umumnya musim panen cengkeh dimulai pada Mei dan disusul panen raya pada Juni hingga September. Gara-gara curah hujan tinggi, bunga cengkeh yang dihasilkan di periode tersebut sedikit.

Jumlah produksi yang kecil praktis tak dapat memenuhi kebutuhan cengkeh dalam negeri yang berkisar 120.000 ton per tahun. Agar kebutuhan ini tercukupi, APCI menyetujui impor cengkeh 54.000 ton. "Ditambah stok tahun lalu, harusnya mencukupi," ujar Soetardjo, Minggu (4/9).

Harga melejit

Akibat produksi yang diprediksi merosot, harga cengkeh pun melambung 260% daripada harga sebelumnya. Menurut Sutarjo, saat ini harga cengkeh di tingkat petani menyentuh Rp 180.000 per kilogram (kg). Coba bandingkan dengan harga cengkeh pada kondisi normal yang berkisar Rp 50.000 per kg.

Yang terpukul kebanyakan pabrik rokok kecil dan menengah. "Karena harga cengkeh untuk pabrik sudah mencapai Rp 190.000-Rp 200.000 per kg," kata Soetardjo. Padahal, biasanya harga cengkeh untuk pabrik berkisar Rp 55.000-Rp 60.000 per kg.

Soetardjo sendiri yang setiap tahun dapat memanen 25-30 ton bunga cengkeh basah, tahun ini hanya memanen kurang dari 1 ton cengkeh basah. Dengan jumlah panen yang sedikit, petani tak serta-merta dapat menikmati harga cengkeh yang melejit.

Kemtan sebenarnya sudah memperkirakan produksi cengkeh tahun ini hanya akan mencapai 110.316 ton, atau turun 0,45% dari perhitungan sementara produksi cengkeh 2010 yang sebesar 110.816 ton. "Karena faktor cuaca tahun ini belum sesuai harapan dan tanaman cengkeh sudah tua atau rusak sehingga produktivitasnya rendah," kata Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan Kemtan.

Untuk mengatasi penurunan produksi cengkeh, Kemtan akan menyalurkan bantuan bibit di beberapa daerah sentra cengkeh. Kemtan berharap pemerintah daerah dapat ikut memfasilitasi peremajaan tanaman cengkeh milik petani rakyat.

Hafas Gunawan, Ketua Forum Pengusaha Rokok Kretek Kudus mengakui kenaikan harga cengkeh memukul bisnis pabrik rokok kecil. Menurutnya, saat ini terdapat sekitar 30 pabrik rokok di Kudus. Satu pabrik bisa memproduksi 100 juta-300 juta batang rokok kretek per tahun. "Karena kenaikan harga cengkeh, produksi pabrik rokok kecil turun 75%," ujar Hafas.

Penurunan pun terjadi pada pabrik rokok Gajahmada milik Hafas. Sebelum kenaikan harga cengkeh, pabrik rokok tersebut bisa memproduksi 400 juta batang rokok. Namun sudah setahun belakangan produksi Gajahmada melorot 40%. Karena itu, Hafas berharap pemerintah campur tangan soal harga cengkeh yang naik drastis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×