kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua Investor Siap Caplok Eks Dipasena


Sabtu, 24 April 2010 / 07:25 WIB


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad agaknya tidak main-main mendesak PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) menjual tambak udang Aruna Wijaya Sakti (AWS) atau eks Dipasena, di Lampung. Fadel mengaku sudah mengantongi dua calon investor baru yang berminat mengambil alih tambak udang terbesar di dunia tersebut.

"Yang satu investor dari Malaysia, satunya dari dalam negeri," kata Fadel, sebelum diskusi Peringatan 100 Hari Wafatnya Gus Dur, (23/4). Sayang, Fadel enggan menyebut siapa investor tersebut. Yang terang, Fadel meminta para petambak udang eks Dipasena bekerja dan meningkatkan produksi udangnya.

Fadel menilai, dari hasil pengamatan dan laporan yang diterimanya, CP Prima tidak serius menggarap tambak udang tersebut. Padahal, menurut klausul pembelian awal saat mengambil alih tambak tersebut dari PT Perusahaan Pengeloa Aset (PPA) tiga tahun lalu, CP Prima wajib merevitalisasi industri udang eks-Dipasena untuk meningkatkan produksinya.

Dengan masuknya investor baru, diharapkan produksi udang eks-Dipasena pulih. Ini tentu membawa banyak manfaat. Selain banyak menyerap tenaga kerja, produksi udang nasional juga terdongkrak. Maklum, produksi udang CP Prima menyumbang sekitar 40% produksi nasional.

"Di sana sudah ada infrastruktur yang bagus untuk poduksi, kalau dia (CP Prima) tidak mau, dia bisa jual kepada yang berminat," jelas Fadel. Fadel mengaku, saat ini dia belum punya instrumen legal yang bisa memerintahkan CP Prima menjual asetnya tersebut. "Saya sedang cari itu," kata Fadel. Dia menambahkan di akhir April ini akan memanggil manajemen CP Prima untuk menjelaskan rencana kerja mereka.

Hingga kini, petambak mengeluh lantaran belum memasuki tahap penebaran benur udang dari seharusnya Januari lalu. Lantaran belum masuk tebar benih, pDFetambak mengaku rugi karena pinjaman utang ke bank tetap jalan.

Menurut Thowilun, Kepala Lembaga Manajemen Plasma Kampung (LMPK) Kampung Utama, tidak beroperasinya sebagian tambak tersebut karena perusahaan mengalami kesulitan dana.

“Jika tebar benihnya telat, maka kami akan mengalami kerugian,” kata Thowilun, kepada KONTAN. Ia menjelaskan, jika plasma tambak tersebut tidak jalan maka petambak juga kehilangan pekerjaan karena tidak melakukan aktivitas di tambak udang.

CP Prima berkomitmen

Corporate Communication CP Prima George H. Basoeki mengklaim perusahaanya sudah melakukan penebaran benih di tambak eks-Dipasena, tapi dilakukan bertahap. Adapun soal keterlambatan tebar benih, dia beralasan itu karena alasan teknis yang berkaitan dengan budidaya, bukan soal dana.

Basuki mengaku sudah menjelaskan rencana penebaran benih udang kepada petambak. Bahkan, ia mengaku sudah ada petambak yang mendukung tahapan itu.

Mengenai permintaan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad agar CP Prima menjual aset tambak mereka di eks-Dipasena, George enggan bicara. “Saya belum bisa berkomentar soal itu,” elaknya. Ia hanya bilang, saat ini CP Prima tetap komitmen melaksanakan program revitalisasi tambak tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×