kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.918   12,00   0,08%
  • IDX 7.194   53,44   0,75%
  • KOMPAS100 1.105   10,45   0,95%
  • LQ45 877   11,00   1,27%
  • ISSI 221   0,83   0,38%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 540   5,09   0,95%
  • IDX80 127   1,35   1,07%
  • IDXV30 134   0,22   0,17%
  • IDXQ30 149   1,57   1,07%

Eksportir udang diuntungkan pelemahan rupiah


Kamis, 22 Agustus 2013 / 15:03 WIB
Eksportir udang diuntungkan pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Nasi Ayam Teriyaki Ala Jepang (dok/Modern Meal Makeover)


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS tak selamanya berdampak negatif. Bagi eksportir udang, kondisi tersebut justru memiliki dampak positif.

Pernyataan itu disampaikan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut P. Hutagalung saat dihubungi KONTAN, Kamis (22/8).
 
Menurut Saut, pelemahan Rupiah berdampak positif pada perusahaan eksportir udang olahan. "Eksportir pasti diuntungkan karena selisih nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah," kata Saut.

Udang merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia. Bahkan, keberadaannya sangat strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui penciptaan devisa Negara. "Produksi udang juga terus mengalami kenaikan," ujar Saut.

Tercatat, produksi udang nasional tahun 2012 sebesar 415.703 ton. Angka ini meningkat 4% dibandingkan tahun 2011. Tahun 2013 volume produksi udang nasional diproyeksi 608.000 ton. "Saat ini, produksi udang sampai semester I tahun 2013 sebesar 320.000 ton," jelas Saut. 
 
Saut menambahkan, KKP mencatat jumlah impor produk perikanan mencapai 10-12% dari total transaksi bisnisnya. Dari 10%-12 % itu, 4 % di antaranya adalah impor bahan baku. Inilah yang menurut Saut, eksportir akan menikmati untung besar.

Karena kalkulasinya, 4 % (bahan baku impor) tersebut masih bisa ditutupi keuntungan. ”Karena harga beli konsumen di pasaran ekspor juga melonjak. Penambahan nilai tukar (US$ terhadap Rp) lebih besar ketimbang kenaikan harga impor di tingkat produsen dalam negeri. Jadi, secara ekonomi, ekspor akan sangat menguntungkan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×