kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,84   -10,68   -1.14%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

El Nino, produksi mutiara diramal turun di 2018


Minggu, 13 November 2016 / 19:42 WIB
El Nino, produksi mutiara diramal turun di 2018


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Dampak badai El Nino yang melanda Indonesia tahun 2015 lalu rupanya tidak hanya memberikan efek langsung tapi juga memberikan efek yang baru bisa dirasakan dua tahun setelahnya.

Fenomena tersebut bakal berdampak pada produksi mutiara Laut Selatan dalam negeri. Diprediksi, produksi mutiara bakal turun sekitar 30% dari total produksi tiap tahunnya.

"Mudah-mudahan jangan lebih dari itu (produksi turun 30%)," kata Anthony Tanios Ketua Umum Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) pada KONTAN, Jumat (13/11).

Nelia Suhaimi Wakil Ketua Umum Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) menambahkan, melorotnya produksi ini juga disebabkan oleh banyaknya makanan laut (seafood) yang mati.

Asal tahu saja, tiap tahunnya produksi mutiara Laut Selatan dalam negeri mencapai 6 ton hingga 8 ton, dengan komposisi 40% low grade, 40% commercial grade, dan 20% sisanya high grade.

Nelia mengaku, sekitar 60% (high grade dan commercial grade) dari total produksi dipasarkan ke luar negeri dengan negara tujuan Jepang dan Hongkong.

Maklum saja, sampai saat ini, pasar dalam negeri masih belum mengenal mutiara Laut Selatan. Nelia mengaku, konsumen lokal hanya belum memperhatikan kualitas barang.

"Mereka lebih suka beli mutiara air tawar yang harganya lebih murah," tambahnya. Sekedar informasi, mutiara air tawar mempunyai kualitas rendah dan warnanya dapat berubah di atas lima tahun.

Untuk meningkatkan ketertarikan dan pemahaman pasar terkait mutiara Laut Selatan, para pengusaha mutiara dalam negeri kini menjajal untuk menggelar ajang pameran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×