kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gakoptindo: Kedelai lokal belum mampu penuhi kebutuhan perajin


Minggu, 11 Maret 2018 / 16:32 WIB
Gakoptindo: Kedelai lokal belum mampu penuhi kebutuhan perajin
ILUSTRASI.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga saat ini, produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi total kebutuhan perajin tahu tempe di dalam negeri. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, impor kedelai masih terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perajin.

Menurut Aip, kabar penghentian impor kedelai secara bertahap masih disusun di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

"Peraturannya masih disusun. Namun karena data panen kedelai lokal masih simpang siur, belum bisa diambil suatu keputusan. Sampai sekarang masih berjalan seperti biasa, impor berjalan terus," ujar Aip kepada Kontan.co.id, Minggu (11/3).

Setiap tahun, kebutuhan kedelai sekitar 2,7 juta ton. Tahun lalu, produksi kedelai lokal hanya 700.000 ton. Dengan begitu, masih dibutuhkan impor kedelai sekitar 2 juta ton setiap tahun.

Kata Aip, produksi kedelai tidak akan meningkat secara signifikan dalam jangka waktu yang pendek,. Apalagi saat ini program penambahan lahan kedelai oleh pemerintah belum berjalan sesuai dengan perencanaan. "Saya tidak percaya, swasembada kedelai 2020 bisa dicapai. Sulit untuk mencapai hal tersebut," tuturnya.

Ia mengatakan, perajin berharap kebutuhan kedelai dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Namun, kedelai tersebut diharapkanĀ  memiliki kualitas yang baik. Sayangnya, saat ini kedelai lokal yang didapatkan perajin memiliki kualitas yang kurang baik. Ada yang dipanen terlalu cepat, ada yang dipanen dalam umur yang sudah tua, bahkan ada yang dijual ke perajin dalam kondisi yang kotor. Inilah yang menyebabkan kualitasnya lebih buruk.

Harga kedelai lokal juga jauh lebih mahal dibandingkan kedelai impor. Harga kedelai lokal untuk kualitas yang rendah bisa mencapai Rp 5.500-Rp 6.000 per kg, dan kedelai lokal dengan kualitas baik dihargai Rp 9.000-Rp 11.000 per kg. Sedangkan, harga kedelai impor sekitar Rp 6.700 per kg.

Saat ini harga kedelai impor memang naik, karena rupiah yang melemah dan adanya kenaikan biaya transportasi akibat harga minyak dunia yang meningkat. Namun, kenaikan tersebut tidak terlalu menganggu lantaran sebelumnya harga kedelai sekitar Rp 6.300 per kg.

Kedelai impor ini memiliki kualitas yang lebih baik karena diolah menggunakan mesin. Sementara, produksi kedelai dalam negeri masih menggunakan cara tradisional. Karena lebih kering, dari 1 kg kedelai impor, perajin bisa menghasilkan 1,8-1,9 kg tempe, sementara 1 kg kedelai lokal hanya mampu menghasilkan 1,4-1,5 kg tempe.

"Memang akan lebih menguntungkan membeli kedelai impor, tetapi kami pun tetap menyerap kedelai lokal. Tapi, kami harap harganya jangan begitu tinggi dan kualitasnya harus lebih baik," ujar Aip.

Aip meminta, pemerintah tidak hanya fokus dalam meningkatkan produksi, namun juga memperhatikan program pascapanen serta menyediakan akses perbankan kepada petani dan perajin. Pasalnya, petani membutuhkan dana tunai, sementara perajin baru bisa membayar kedelai yang dibelinya secara kredit. Dengan adanya layanan perbakan ini, maka petani bisa lebih untung, dan perajin bisa beroperasi seperti biasanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×