Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) memperkirakan tahun ini impor kedelai akan meningkat 3%-5% seiring dengan kebutuhan akan kedelai.
Ketua Akindo Yusan mengatakan, salah satu penyebab kenaikan impor ini dikarenakan pabrik pakan ternak yang mengganti jagung dengan gandum. Menurutnya, banyak pabrik pakan yang mengganti kebutuhan protein pakannya dengan kedelai.
"Kedelai tersebut untuk protein yang semula dipenuhi dari jagung. Karena impornya dibatasi, maka diganti dengan kedelai," ujar Yusan kepada KONTAN, Kamis (25/1).
Yusan tidak menyebutkan berapa besar total impor kedelai hingga 2017. Namun, hingga Oktober 2017, jumlah impor kedelai sudah mencapai 2,34 juta ton. Padahal, di tahun 2016 jumlah impor kedelai sebesar 2,62 juta ton.
Sementara itu, Aip Syarifuddin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengatakan impor kedelai tahun ini bisa menurun lantaran adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi kedelai.
"Bila jumlah impor tidak tetap, impor bisa menurun. Ini karena produksi kedelai nasional meningkat dengan adanya program Kemtan. Meningkat berapa baru bisa dilihat pada Maret," ujar Aip.
Kementerian Pertanian mengklaim telah menambah luas tanam kedelai seluas 500.000 ha pada 2017, yang akan ditambah lagi di tahun ini sebesar 1,5 juta ha. Aip mengatakan, dirinya tidak mengetahui bagaimana penerapan program ini. Namun, dia berharap produksi kedelai meningkat.
Aip pun mengatakan, kebutuhan perajin tahu dan tempe atas kedelai terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan penduduk. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sekitar 2,7-2,8 juta ton.
Menurut Aip, saat ini Kementerian Perindustrian melalui pun tengah menyusun data pengrajin tahu dan tempe untuk mengetahui dengan lebih akurat berapa besar jumlah kebutuhan atas kedelai serta berapa besaran impor kedelai setiap tahunnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News