kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Geothermal fund dipakai pertama kali untuk Flores


Jumat, 04 Agustus 2017 / 10:08 WIB
Geothermal fund dipakai pertama kali untuk Flores


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. Indonesia memiliki potensi geothermal yang cukup besar, mencapai kurang lebih 29.000 MW, dan sekitar 800 MW dari potensi tersebut terdapat di Pulau Flores. Melihat potensi yang cukup besar itu maka Menteri ESDM membuat Keputusan Menteri ESDM Nomor 2268 K/30/MEM/2017, Pulau Flores ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi atau "Flores Geothermal Island" pada tanggal 19 Juni 2017.

Mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla pada acara The 5th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2017 di Jakarta, Rabu (2/8), Menteri ESDM menyaksikan penyerahan Surat Keputusan Menteri ESDM tentang Penetapan Pulau Flores sebagai Pulau Panas Bumi kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dan menyerahkan tiga izin panas bumi (IPB) kepada Gubernur NTT.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, dengan penetapan Pulau Flores sebagai pulau panas bumi ditargetkan pemenuhan kebutuhan listrik dasar di Pulau Flores akan berasal dari energi panas bumi. "Dibandingkan dengan demand-nya (1,8 juta jiwa penduduk), kan masih lebih besar supply-nya. Jadi lebih besarnya itu menjadikannya sebagai percontohan penggunaan energi bersih khususnya geothermal," tutur Rida dalam rilisnya, Jumat (4/8).

Proyek pertama yang akan dikembangkan di Pulau Flores adalah wilayah Waisano. Waisano dipilih berdasarkan hasil survei Badan Geologi (Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi) yang telah dianalisis sebelumnya oleh tenaga ahli World Bank. Dana yang digunakan untuk mengembangkan Waisano adalah dengan menggunakan dana Geothermal Fund. Dana tersebut berasal dari dana hibah World Bank dan APBN. "Dananya sudah sejumlah Rp 3 triliun dari APBN, plus US$ 55,25 juta dari World Bank," terang Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Yunus Saefulhak.

Menurut Yunus, dana yang digunakan dari Geothermal Fund ini digunakan sebagai mitigasi eksplorasi, sehingga diharapkan biaya yang dikeluarkan dapat dikembalikan oleh para pengusaha dan dapat diputar kembali untuk melakukan pembiayaan eksplorasi di wilayah lainnya (revolving fund). Biaya eksplorasi untuk panas bumi memang cukup tinggi, mengingat biaya eksplorasi yang dibutuhkan untuk pengembangan 1 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) sekitar USD 20-25 juta.

Selain sebagai pulau percontohan untuk pemanfaatan listrik, geothermal di Flores juga dapat dimanfaatkan untuk pembentukan geopark, karena hasil sampingan dari geothermal ini dapat digunakan untuk pembangunan Geopark. "Geopark ini tentu dapat menjadikan Pulau Flores sebagai salah satu tempat wisata yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar," pungkas Yunus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×