kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri daur ulang plastik menjanjikan


Senin, 25 April 2016 / 01:20 WIB
Industri daur ulang plastik menjanjikan


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Jangan memandang sebelah mata sampah plastik. Sampah jenis ini, khususnya yang berasal dari kemasan, justru jadi sumber utama penghasilan perusahaan daur ulang. Bahkan, diantaranya berhasil berbisnis daur ulang plastik untuk pasar ekspor.

Misalnya saja Langgeng Jaya Group. Menurut Christine Halim, Pemilik Langgeng Jaya Group, pihaknya bisa menghasilkan 2.000 ton plastik daur ulang per bulan. "Dari jumlah itu, ada yang dijual ke dalam negeri ada juga yang ekspor," kata Christine, Rabu (20/4).

Christine menjelaskan, dari produk yang ada, sebagian besar hasil daur ulang berupa cacahan. Namun untuk pasar ekspor, produk yang dijual tak hanya cacahan tapi juga barang jadi.

Salah satu hasil daur ulang yang paling gampang ditemui adalah dakron untuk isian bantal dan boneka. "Kami juga menghasilkan produk geotex, yang biasa digunakan untuk lapisan jalan," kata dia.

Namun dia mengakui, banyak produk olahan plastik hasil daur ulang masih kalah dengan produk-produk asal China. Untungnya, lanjut Christine, sebagian besar ekspor hasil daur ulang plastik di Indonesia juga menuju China, Korea dan negara lainnya.

Christine yang juga ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) mengatakan, potensi bisnis daur ulang plastik terbilang cukup besar. "Misalnya tahun lalu, dari konsumsi plastik sekitar 3-4 juta ton per tahun, bisnis daur ulang bisa mencapai 400.000 ton per tahun. Itu belum dari perusahaan daur ulang di luar Adupi," katanya.

Saat ini, Christine menjelaskan, Adupi yang baru dibentuk pada 2015 lalu baru berhasil mengumpulkan sekitar 130 anggota pendaur ulang plastik. Cuma, dia tidak mengetahui secara persis berapa jumlah industri pendaur ulang plastik di Indonesia.

Yang jelas, Christine berpendapat, pendaur ulang plastik harus lebih diperhatikan pemerintah. Apalagi, katanya, bisnis ini bisa menjadi solusi atas sampah-sampah plastik yang selama ini selalu dijadikan isu bagi pemerintah untuk mencari tambahan pendapatan negara.

"Sekarang saja kami sudah dibebani PPn. Seharusnya cukup PPh saja. Belum lagi wacana pengenaan cukai plastik. Ya lebih baik dukung pendaur ulang plastik," imbuh dia.

Belum lama ini, Adupi juga ikut bergabung dengan 16 asosiasi produsen dan pengguna plastik untuk menolak wacana pengenaan cukai plastik. Melalui penolakan itu, Adupi berharap, industrinya bisa lebih diperhatikan pemerintah untuk jadi solusi terbaik sampah plastik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×