kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jonan klaim bisa tambah energi hijau 3.000 MW


Kamis, 14 September 2017 / 12:11 WIB
 Jonan klaim bisa tambah energi hijau 3.000 MW


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan sesumbar mampu menambah proyek pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) atau energi hijau hingga tahun 2019. Jumlahnya sampai sebesar 3.000 megawatt (MW).

Syaratnya, Jonan masih diberikan kesempatan menjabat sebagai Menteri ESDM sampai tahun 2019 nanti. "Kalau saya diberikan sampai tahun 2019 mungkin 3.000 MW bisa jalan," katanya dalam pembukaan IndoEBTKE ConEx 2017, Rabu (13/9).

Saat ini sudah ada sekitar 700 MW proyek pembangkit energi hijau yang sudah ditandatangani. Kemudian, terdapat sebesar 300 MW pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang sudah dan sedang dalam tahap menuju operasi.

"Saya dapat laporan ada lebih dari 700 MW renewable energy. Sebanyak 700 MW dalam 10 bulan. Saya rasa dari pendahulu saya, tidak bisa 700 MW dalam 10 bulan," klaimnya.

Sesuai arahan presiden, kata Jonan, Kementerian ESDM terus mendorong peningkatan EBT hingga 23% dalam bauran energi nasional sampai tahuyn 2025. Itu dengan catatan harga harus terjangkau.

Memang merujuk Rencana Umum Energi Nasiona (RUEN) atau Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemenuhan energi listrik berbasis EBT harus dengan tingkat keekonomian yang terjangkau. "Jadi, kalimat terjangkau juga tidak boleh ditinggal," tukas Jonan.

Sementara itu, ada perusahaan asal Belanda yang menawarkan kepada Kementerian ESDM dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga arus laut dengan harga miring, yakni mencapai US$ 0,0918 per kilowatt hour (kwh).

Jonan mengaku sudah meminta Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya mengecek kembali aspek teknis agar harga bisa lebih murah. Alasannya, pada kajian pertama, arus laut di Selat Larang Hutan, NTT berkecepatan rata-rata dibawah 2,8 meter per detik. Namun setelah melakukan kajian lagi mendapati kecepatan rata-rata di atas 4 meter per detik.

Direktur Perencanaan 1 PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Nicke Widyawati menyebutkan, perusahaan asal Belanda tersebut awalnya datang ke PLN pada pertengahan 2016 lalu. 

"Mereka menawarkan proyek pembangkit listrik tenaga arus laut dan meminta harga listriknya mencapai US$ 0,18 per kwh. Harga terakhir saya surprise. Tapi kami belum lihat penawaran resmi. Datang saja belum, katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×