kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kata pengamat, ironi cangkul impor


Senin, 20 Maret 2017 / 08:22 WIB
Kata pengamat, ironi cangkul impor


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Pertanian terbukti, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berbagai komoditas yang dihasilkan pada berbagai jenis/kelompok kegiatan pertanian, hanyalah merupakan suatu bentuk compliment dari berbagai proses dan fase kegiatan yang dilakukan.

Demikian juga halnya dengan berbagai nilai ekonomi yang didapatkan, tak lain sesungguhnya hanyalah merupakan decorative values dari semua kegiatan yang dilakukan.

"Jika kita semua mampu menyadari hakikat tersebut, maka berikutnya kita semua juga harus sepakat bahwa suatu soko-guru haruslah dijaga, dirawat dan terus diperbesar serta diperkokoh eksistensinya," tandasnya.

Semua itu hanya akan dicapai, jika anggaran pertanian, kehutanan dan perkebunan bisa dialokasikan pada besaran 15% dari APBN secara kontinyu setidaknya hingga 25 tahun mendatang.

Menurut dia, proses pembenahan sudah semakin sulit diharapkan dari barisan politisi yang telah bermetamorfosa menjadi elit pimpinan pemerintah. Bukan hanya karena keterbatasan kecerdasan sebagian besar mereka, melainkan juga karena buruknya attitude, moral serta sifat pengecut para politisi. 

Ini bisa dilihat dari bagaimana politisi memainkan "politik sandra" dari rezim ke rezim. Lalu hitung pulalah besarnya kehilangan uang negara dari tahun karena kesesatan berpikir politisi; baik yang kemudian melahirkan "sesat program" dan kemubaziran, maupun yang kemudian merak korupsi sendiri pula melalui berbagi modus.

"Berbagai blow-up kisah pungli dan korupsi ibarat "rimah" dari makanan  politisi dan elite pimpinan yang rakus," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×