kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Keluar dari Blok East Natuna, PTT EP incar Blok Terminasi


Selasa, 16 Januari 2018 / 19:55 WIB
Keluar dari Blok East Natuna, PTT EP incar Blok Terminasi
PTTEP Thailand


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - POLIWALIMANDAR. Perusahaan minyak dan gas asal Thailand, PTT EP, ternyata masih ingin mengembangkan bisnisnya di Indonesia. PTT EP bahkan tengah menyiapkan strategi baru untuk berinvestasi di Indonesia.

"Harga minyak turun beberapa tahun terakhir. Kami sekarang sedang menata portofolio kami dan strategi baru untuk mengembangkan bisnis di Indonesia,"kata Titi Thongjen, General Manager, PTT EP South Mandar Limited and PTTEP Malunda Limited Indonesia ke KONTAN pada Selasa (16/1).

Pasca keluar dari konsorsium blok East Natuna tahun lalu, PTT saat ini lebih memilih untuk mencari peluang di blok-blok yang sudah berproduksi. Titi bilang PTT saat ini memiliki portofolio di lima blok eksplorasi dan satu blok produksi di Indonesia yaitu Blok A West Natuna.

Namun di blok A West Natuna, PTT hanya menjadi partner, sementara operator blok tersebut dipegang oleh Premier Oil. Makanya ke depannya PTT melihat peluang untuk menjadi operator blok di Indonesia terutama di blok-blok terminasi.

"Kami sedang melihat peluang untuk investasi menjadi operator di blok terminasi ke depannya, lima tahun ke depan atau sebelum 2024. Kalau saya tidak salah ada 30 blok yang akan terminasi. Blok tersebut akan dikembalikan ke pemerintah atau dilelang untuk operator. Jadi itu peluang yang kami lihat, menjadi operator atau untuk menjadi partner di blok tersebut di masa depan,"jelas Titi.

Titi menyebut alasan memilih blok terminasi karena saat ini PTT telah memiliki banyak blok eksplorasi dan blok yang dalam pengembangan. Makanya PTT sedang mencari blok-blok yang sudah berproduksi.

"Buat PTT, kami punya banyak portofolio eksplorasi dan pengembangan. Makanya kami sekarang melihat untuk portofolio produksi, itu fokusnya PTT. Beberapa perusahaan mungkin fokus di eksplorasi karena mereka mungkin cuma punya beberapa blok eksplorasi. Tapi buat PTT, kami punya banyak. Jadi kami perlu menyeimbangkan portofolio kami, makanya kami mencari blok produksi," imbuhnya.

PTT cukup optimistis berbisnis di Indonesia. Titi menyebut ada peluang bisnis di Indonesia dengan adanya beberapa perubahan regulasi, seperti perubahan kontrak dari Production Sharing Contract menjadi Gross Split.

"Jadi pertama setelah kebijakan gross split jelas kami melihat peluang untuk  melakukan lebih banyak kegiatan di Indonesia. Untuk jangka menengah dan jangka panjang kami melihat peluang di blok terminasi. Kami melihat peluang untuk menjadi partner atau operator di blok tersebut," kata Titi.

Apalagi menurut Titi, PTT sudah cukup nyaman berinvestasi di Indonesia. Pasalnya sebagai perusahaan Asia, PTT sudah memahami cara dan konteks dalam melakukan bisnis di Asia, terutama di Indonesia.

"Bagi kami sangat nyaman bisnis di Indonesia. Kami memulai bisnis pertama kali di Indonesia lebih dari 15 tahun lalu. Kami punya pengalaman di Indonesia dan tambahannya kami adalah perusahaan Asia, kami mengerti cara Asia dan konteks Asia dalam berurusan dengan orang Asia,"imbuh Titi.

Lebih lanjut Titi bilang perusahaan migas yang menganggap Indonesia kurang menarik untuk berinvestasi hanya tidak memahami cara orang Asia dalam menjalankan bisnis. Bagi PTT, Indonesia tidak berbeda dengan negara-negara Asia lainnya.

"Saya mau bilang ini pilihan kami, kawasan yang PTT tujuan untuk berinvestasi dibandingkan kawasan lain. Biarpun regional lain atau orang lain atau perusahaan barat bilang Indonesia perlu banyak perbaikan dalam membuat negara lebih atraktif bagi investor tapi jika bicara dengan negara-negara Asia, bagi kami, kami merasa Indonesia tidak berbeda, hampir sama. Saya pikir mereka cuma tidak mengerti konteks caranya Asia, bagaimana harus bekerja, bagaimana harus berurusan di Indonesia," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×