kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,95   -19,57   -2.09%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementerian Perindustrian terus mengawal implementasi Industri 4.0


Jumat, 18 Mei 2018 / 19:26 WIB
Kementerian Perindustrian terus mengawal implementasi Industri 4.0


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia perlu melakukan revitalisasi industri manufaktur sesuai dengan perkembangan implementasi Industri 4.0. Oleh karena itu, melalui peta jalan Making Indonesia 4.0, langkah strategis yang akan dilaksanakan bertujuan untuk mencapai target menjadi 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2030.

Sekjen Kementerian Perindustrian, Haris Munandar memaparkan tujuan awal adanya road map ini untuk peningkatan daya saing. "Hanya saja dampak dari road map ini baru terasa satu sampai dua tahun ke depan. Tidak bisa singkat," kata Haris kepada Kontan.co.id, Jumat (18/5).

Untuk penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada lima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik.

Sektor ini dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar. "Hanya saja sektor lain di luar lima sektor tersebut tetap kami perhatikan potensinya," tambah Haris.

Di samping itu, Making Indonesia 4.0 memuat 10 inisiatif nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan industri manufaktur di Indonesia. Kesepuluh inisiatif tersebut, mencakup perbaikan alur aliran barang dan material, membangun satu peta jalan zona industri yang komprehensif dan lintas industri, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan, memberdayakan industri kecil dan menengah, serta membangun infrastruktur digital nasional.

Dalam hal ini, Haris mengatakan peran pemerintah lebih mendorong sisi pendukungnya. Tapi yang menjalankan tetap dari perusahaan atau pihak swasta. Menurutnya saat ini kebanyakan perusahaan di Indonesia masih menerapkan industri 2.0 dan juga industri 3.0. Masih ada beberapa perusaahaan yang masih punya kendala untuk bisa lompat ke industri 4.0. "Yang kita bisa bantu dari pembangunan jaringan internet di kawasan industri. Misalnya sekarang dari 4G bisa ke 5G," tambah Haris.

Selain itu dari sisi sumber daya manusia (SDM), Kemperin terus menggenjot pendidikan vokasi. Beberapa langah strategis yang tengah dijalankan dalam upaya pengembangan industri manufaktur nasional, antara lain Kemperin telah mengusulkan mengenai pemberian insentif berupa pengurangan penghasilan kena pajak di atas 100 persen atau super deductible tax. Insentif ini diberikan bagi industri yang terlibat dalam program pendidikan vokasi dan mengembangkan inovasi.

Beberapa saat lalu, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menjelaskan dari kinerja lima sektor industri yang difokuskan tersebut akan menjadi percontohan dalam implementasi revolusi industri generasi keempat di Tanah Air. "Dari lima sektor industri yang difokuskan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 60% untuk PDB, kemudian menyumbang 65% terhadap total ekspor, dan 60% tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut,” kata Airlangga.

Oleh karena itu, lanjut Airlangga, pihaknya terus fokus untuk meningkatkan daya saing lima sektor industri tersebut. Misalnya, target industri makanan dan minuman bakal menjadi kekuatan manufaktur besar di tingkat Asean. Selanjutnya, untuk industri tekstil dan pakaian, akan menuju produsen pakaian fungsional seperti baju olahraga yang berkembang di pasar ekspor.

Menperin meyakini, dari kinerja lima sekor industri tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke depannya. “Sesuai asprirasi Making Indonesia 4.0, diharapkan pertumbuhan PDB bertambah 1%-2%. Jadi, kalau saat ini rata-rata 5% bisa menjadi 6-7 persen. Kemudian, dengan capaian itu, penciptaan lapangan kerja naik 30% dan kontribusi industri di angka 25%” paparnya.

Oleh karena itu, lanjut Airlangga, pihaknya terus fokus untuk meningkatkan daya saing lima sektor industri tersebut. Misalnya, target industri makanan dan minuman bakal menjadi kekuatan manufaktur besar di tingkat Asean. Selanjutnya, untuk industri tekstil dan pakaian, akan menuju produsen pakaian fungsional seperti baju olahraga yang berkembang di pasar ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×