kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga kakao tak menguntungkan petani


Selasa, 28 November 2017 / 16:32 WIB
Kenaikan harga kakao tak menguntungkan petani


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kakao mengalami peningkatan selama Oktober 2017. Saat ini harga kakao di pasar New York mencapai sekitar US$ 2.100 per ton, setelah beberapa bulan sebelumnya harga kakao berada di bawah US$ 2.000 ton per ton.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhelfi Sikumbang berpendapat, peningkatan harga di tingkat internasional ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut bisa karena menurunnya produksi kakao karena kurangnya panen di Pantai Gading, masalah politik yang sedang dialami Pantai Gading, permintaan kakao di negara tujuan pengguna kakao tinggi, atau ada perbaikan ekonomi dunia yang menyebabkan peningkatan permintaan cokelat.

Peningkatan harga kakao internasional ini turut mempengaruhi harga kakao di tingkat petani Indonesia. Zulhelfi mengatakan harga kakao di tingkat petani sudah mencapai Rp 28.000 per kg. Meski harga meningkat, namun hal ini dinilai tidak berpegnaruh pada petani. Pasalnya produktivitas kebun kakao petani tidak terus berkembang.

"Ketika harga 30.000 - 40.000 per kg pun, produksi kakao di Indonesia juga turun. Kalau harga naik petani senang, tetapi tidak berdampak pada produktivitas petani," ujar Zulhelfi kepada KONTAN, Senin (27/11).

Zulhelfi berpendapat, saat ini produksi kebun kakao semakin rendah. Petani juga sudah tidak menganggap komoditas ini menguntungkan. Salah satu penyebabnya adalah perawatan pohon kakao yang lebih rumit dibandingkan komoditas yang lain. Saat ini pembeli kakao juga hanya berasal dari industri pengolahan kakao di dalam negeri, ssehingga tidak ada perbandingan harga.

"Komoditas yang lain bisa memberikan produktivitas yang tinggi kepada petaninya. Harga dan produksinya juga lebih tinggi, sehingga banyak petani kakao yang beralih ke komoditas lain," terang Zulhelfi.

Sulhelfi pun menambahkan, untuk meningkatkan produktivitas kakao dibutuhkan perawatan yang lebih intens sehingga petani tidak terlalu tertarik menanam kakao. Dia berpendapat, petani hanya tertarik menanam tanaman yang membutuhkan perawatan yang sederhana.

Tahun ini produksi kakao Indonesia diperkirakan akan kembali mengalami penurunan. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memprediksi produksi kakao Indonesia hanya sekitar 300.000 ton dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 345.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×