kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

APKAI: Produksi kakao masih turun di akhir tahun


Senin, 27 November 2017 / 05:15 WIB
APKAI: Produksi kakao masih turun di akhir tahun


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini produksi kakao masih mengalami penurunan. Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Arief Zamroni mengatakan, sampai akhir tahun produksi kakao sekitar 400.000 - 450.000 ton.

"Produksi kakao menurun karena adanya anomali cuaca, efek dari alih fungsi dan penanaman baru yang belum berproduksi, dan adanya rehabilitasi kakao tua melalui sambung samping juga belum semuanya menghasilkan," ujar Arief, Minggu (26/11).

Arief mengatakan, meski saat ini produksi kakao mengalami penurunan, namun produksi kakao akan stabil atau mencapai 500.000 ton dalam kurun 2-3 tahun mendatang. Menurutnya, produksi kakao akan stabil mengingat upaya penanaman baru dan upaya rehabilitasi tanaman kakao tua yang sudah dilakukan.

Arief mengakui saat ini petani, industri dan pemerintah memiliki data produksi kakao yang berbeda lantaran penghitungannya berdasarkan sudut pandang yang berbeda.

"Kalau pemerintah sudut pandangnya dari laporan dari petugas lapangan yang petugas lapangan itu dari proyek dan dikalikan produktivitas. Sementara petani dari tanaman yang ada, lalu dikalikan produktivitas," ujar Arief.

Menurut Arief, apabila penghitungan didasarkan hanya dari luas lahan kebun kakao saja, maka lahan-lahan yang dialihfungsikan atau lahan yang baru ditanami tidak akan terhitung.

Sementara itu, dia pun mengatakan industri menghitung produksi kakao lewat penggunaan kakao di pabrik-pabrik serta banyaknya ekspor kakao yang dilakukan.

Meskipun berbeda-beda, namun Arief mengatakan data tersebut tidak dapat disalahkan karena penghitungannya pun menggunakan data masing-masing. Meski begitu, dia pun berpendapat masing-masing data yang dimiliki tidak 100% valid.

"Mungkin harus ada sensus terpadu, sehingga data produksi ini dapat lebih valid. Sejauh ini sensus terpadu komoditas perkebunan belum pernah dilakukan," terang Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×