kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Korea Selatan bangun fasilitas terminal CNG di Banten senilai US$ 2 miliar


Kamis, 30 Juni 2011 / 16:01 WIB
ILUSTRASI. Selama enam bulan pertama tahun ini, WSBP meraih pendapatan Rp 1,1 triliun. Perolehan itu menurun 71,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,82 triliun. ANTARA FOTO/Moch Asim/ama.


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Tiga perusahaan asal Korea Selatan akan membentuk konsorsium guna membangun fasilitas terminal Compressed Natural Gas (CNG) di Bojanegara, Banten.

Ketiga perusahaan tersebut adalah Korea Electric Power Corporation (Kepco), Korea Gas Corporation (Kogas) dan Korea National Oil Company (KNOC). Total investasi untuk pembangunan fasilitas terminal CNG mencapai US$ 2 miliar.

"Konsep investasinya Kepco akan menggandeng Kogas dan KNOC. Kepco yang akan menjadi pemimpin," ujar General Manager Kepco, Kim Young Seng, Kamis (30/6).

Menurut Kim, proyek ini akan menguntungkan bagi kedua negara baik Indonesia dan Korea Selatan. Bagi Kepco, ini akan memperbesar perusahaan kami dan bagi Indonesia akan menjadi solusi bagi defisit gas PLN.

"Tiga perusahaan akan membangun penyulingan CNG dan sistem pembebanan dalam bidang gas serta bongkar dan sistem penyimpanan untuk pembangkit listrik," jelas Kim.

Menurut Kim, teknologi CNG ini akan menyuplai pembangkit listrik di Bojanegara dan kilang produksi amonia. Sebenarnya, proyek Bojanegara sudah disetujui oleh Korea Selatan dan Indonesia sejak Oktober 2004. Namun, hingga saat ini proyek tersebut belum terealisasi hingga saat ini.

Awalnya, Kepco akan membangun fasilitas terminal LNG, namun proyek tersebut terpaksa tertunda dan digantikan oleh CNG. "Karena terus tertunda, oleh karenanya kami mengusulkan untuk melakukan revisi mengganti bahan bakar pembangkit Bojanegara 750 megawatt (MW) dari LNG menuju CNG," kata Kim.

Permintaan gas di Indonesia tiap tahunnya makin tinggi. Sementara banyak lapangan-lapangan gas baik yang berskala kecil dan menengah masih belum dapat dikembangkan dengan baik.

Kim melanjutkan proyek tersebut, terintegrasi dari hulu ke hilir. Pertama, ketiga konsorsium itu akan mengembangkan gas di lapangan-lapangan marginal yang memiliki cadangan gas sebesar 0,5 Trillion Cubic Feet (TCF). Kemudian konsorsium juga akan membangun fasilitas terminal dan transportasi CNG.

Setelah itu, gas CNG akan dipergunakan untuk membangun pembangkit Bojanegara dengan kapasitas 750 MW. Selain membangun pembangkit Bojanegara, ketiga konsorsium juga akan membangun kilang produksi amoniak.

"Kilang produksi ammonia ini akan dibangun setelah Bojanegara dan lokasinya berdekatan dengan pembangkit Bojanegara. Hasil produksinya sebanyak 66% akan diekspor ke South Korea dan sisanya untuk domestik," kata Kim.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo mengatakan ada beberapa sumur gas di Jawa Barat yang bisa digunakan untuk proyek CNG ini. Namun, dia belum bisa menyebutkan lapangan mana saja yang memungkinkan untuk dikembangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×