kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyedia hotel tertantang kehadiran Airbnb


Kamis, 05 Oktober 2017 / 05:05 WIB
Penyedia hotel tertantang kehadiran Airbnb


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan AirBnB yakni sebuah marketplace tempat orang-orang bisa menyewakan dan memesan akomodasi non-hotel kayak rumah, apartemen, atau villa menjadi tantangan bagi bisnis hotel berbintang.

AirBnB bisa menjadi pilihan yang menarik bagi para pelancong/turis yang lebih fokus menikmati liburan di luar ruangan (outdoor). Lewat situs tersebut orang bisa mendapatkan penginapan serasa rumah sendiri dengan harga yang jauh lebih murah. Sebab di sana, pemilik rumah bisa menyewakan kamar-kamarnya yang kosong sebagai penginapan bagi para pelancong.

PT Pudjiadi and Sons Tbk (PNSE) salah salah satu perusahaan hotel, menilai kehadiran AirBnB ini menjadi tantangan bagi hotel-hotel yang diperasikan perusahaan. Kehadiran penyedia jasa penginapan ini turut menekan okupansi hotel, padahal masih ada masalah utama yakni bisnis hotel di Indonesia yang masih oversupply.

"Sekarang Airbnb semakin berkembang dimana wisatawan lebih memilih tinggal hotel non bintang tetapi di rumah-rumah yang kamarnya khusus disewakan untuk sebagai tempat penginapan," jelas Ariyo pada KONTAN baru-baru ini.

Hingga minggu pertama September 2017, kondisi okupansi hotel Jayakarta Group yang dikelola Pudjiadi cenderung flat dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari sembilan hotel perusahaan dengan total 1.329 kamar, hanya dua hotel yang mengalami peningkatan okupansi yakni di Labuhan Bajo dan Anyer.

Adapun hotel PNSE di Jakarta berupa bintang empat memiliki tingkat keterisian kamar 41,3%, di Bandung (bintang 4) 51%, Cisarua (bintang 2) 38,5%, Anyer (bintang 2) 54%, di Bali (bintang 4) 76%, Lombok (bintang 3) 69,7%, Yogyakarta (bintang 3) 49,6%, Labuhan Bajo (bintang 5) 64,6% dan Residence Bali 55%.

Dengan kondisi bisnis yang masih lesu, PNSE belum berencana melakukan ekspansi hingga tahun depan. Perusahaan masih akan fokus mendorong peningkatan okupansi di hotel yang mereka punya. Strategi yang dilakukan adalah dengan melanjutkan kegiatan marketing dan bekerjasama dengan Even Organizer untuk menggelar berbagai acara di hotel perusahaan.

Ferry Salanto, Senior Ascociate Director Colliers International Indonesia juga menilai perkembangan AirBnB memiliki dampak dalam menekan okupansi hotel berbintang di Indonesia. Sebab menurutnya, orang-orang yang memiliki tujuan untuk menikmati kegiatan wisata di luar ruangan akan lebih memilih untuk mencari penginapan AirBnB.

"Kalau orang tujuan utamanya libur menikmati alam di luar ruangan dan hotel hanya jadi tempat tidur, kehadiran AirBnB ini akan menjadi pilihan mereka," kata Ferry pada KONTAN, Selasa (3/10).

Hanya saja, Ferry tidak punya data sebesar besar pengaruh AirBnB menekan okupansi bisnis hotel di Indonesia terutama di Bali saat ini. Namun yang jelas menurutnya, ke depan dampaknya akan cukup besar jika pasar turis/visitor tidak mengalami pertumbuhan dan di sisi lain pasokan kamar hotel juga masih mengalami kelebihan.

Oleh karena itu, ada dua yang harus dilakukan untuk mengantisipasi itu. Pertama, dari sisi pemerintah harus terus mendorong pertumbuhan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan asing ke Indonesia. "Pemerintah memang sudah mulai melakukan dengan cara pengembangan 10 destinasi wisata baru selain Bali," katanya.

Kedua, dari pengelola Hotel harus mampu melakukan inovasi. Misalnya memberikan tawaran penginapan sepaket dengan fasilitas-fasilitas perjalanan wisata di wilayah hotel berada. Menurut Ferry, itu akan menarik para turis/palancong karena tidak perlu repot lagi mencari sendiri destinasi yang harus dikunjungi.

Sementara menurut Yani Sinulingga Corporate Communication Tauzia, kehadiran AirBnB tidak berpengaruh terhadap okupansi hotel yang mereka kembangkan. "Market kami berbeda sehingga tidak berpengaruh ke okupansi kami. Kami lebih menyasar keluarga." ungkapnya.

Selama kuarta III 2017, lanjut Yani, okupansi Hotel dibawah jaringan Tauzia justru mengalami peningkatan. Pertumbuhan terbaik terjadi di Bali dengan kenakan okupansi 7%-10% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Pertumbuhan ini menurut Yani lantaran travelling sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia saat ini.

Saat ini Tauzia mengelola 51 hotel diantaranya adalah Harris Hotels sebanyak 20 hotel, Pop! Hotels sebanyak 21 hotel, Preference hotels sebanyak 1 hotel, Harris Vertu hotels sebanyak 1 hotel, Tauzia Estate Management di Vietnam, dan 4 hotel lainnya yang dieperasikan oleh Tauzia.Di Bali sendiri, Tauzia mengoperasikan lebih dari 10 hotel dimana Harris ada tujuh, Pop! Hotel ada enam, Pop Haris dan terdapat juga Hotel yang managed by Tauzia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×