kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek Amonium Nitrat KNI Serap Kandungan Lokal 45%


Jumat, 05 Juni 2009 / 14:29 WIB


Reporter: Nurmayanti |

JAKARTA. Program pemerintah yang menggalakan penggunaan produk lokal dalam setiap proyeknya diikuti sektor swasta. Proyek swasta itu adalah pembangunan pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) yang terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara senilai US$ 350 juta.

Departemen Perindustrian (Depperin) dan PT Rekayasa Industri (Rekind) mencatat proyek ini mampu menyerap kandungan lokal hingga 45% dari nilai kontrak proyek konstruksi sebesar US$ 173,9 juta.

“Kandungan lokal sebesar 45% berasal dari serapan komponen konstruksi dalam negeri seperti baja, kabel listrik, peralatan listrik, peralatan proses seperti tangki dan penukar panas, seluruh pekerjaan konstruksi, rancang bangun untuk utilitas dan pekerjaan persiapan pengoperasian
pabrik,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka Depperin Ansari Bukhari, Jumat (5/6).

Pemerintan mengaku kaget dengan tingginya kandungan lokal dalam proyek ini. Sebab, proyek swasta sebenarnya tidak masuk dalam kebijakan kewajiban Peningkataan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Kenyataan ini dinilai berdampak positif bagi Indonesia baik di bidang
investasi, perdagangan maupun industri.

Selama ini, pemerintah sudah sejak lama memberikan kesempatan kepada perusahaan dalam negeri untuk membangun proyek proyek industri di dalam negeri dalam rangka mendorong kemampuan perekayasaaan dan penggunaan produksi dalam negeri. “Rekind salah satu BUMN konstruksi patut dibanggakan karena selama pengalamannya puluhan tahun dibidang
konstruksi telah mencatatkan kinerja yang positif di dalam negeri maupun luar negeri,” katanya.

Presiden Direktur Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) Antung Pandoyo berharap, tingginya penggunaan kandungan lokal yang cukup besar itu perlu terus mendapatkan dukungan dan dorongan. Terutama dalam hal keberlanjutan pasokan atau suplai kebutuhan bahan baku lokal itu. "Local content bukan hanya harga tetapi juga masalah ketersedian suplai," tegas Antung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×