kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Shell melihat potensi kekurangan persediaan LNG


Selasa, 20 Maret 2018 / 20:16 WIB
Shell melihat potensi kekurangan persediaan LNG
ILUSTRASI. Shell logo


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar gas alam cair (LNG) global terus menantang ekspektasi para pengamat pasar, dengan pertumbuhan permintaan 29 juta ton menjadi 293 juta ton pada 2017, menurut LNG Outlook tahunan Shell. Berdasarkan proyeksi permintaan saat ini, Shell melihat ada kecenderungan potensi kekurangan persediaan pada pertengahan tahun 2020, kecuali jika komitmen proyek baru produksi LNG segera dilakukan.

Jepang tetap menjadi pengimpor LNG terbesar di dunia pada 2017, sementara China bergerak ke posisi kedua dikarenakan impor LNG Cina melonjak melebihi Korea Selatan. Total permintaan LNG di China mencapai 38 juta ton.

Maarten Wetselaar, Integrated Gas and New Energies Director Shell menjelaskan Shell masih melihat permintaan yang signifikan dari importir tradisional di Asia dan Eropa. Namun Shell juga melihat LNG menyediakan persediaan energi yang fleksibel, andal dan bersih untuk negara-negara lain di seluruh dunia.

"Di Asia, permintaan naik sebesar 17 juta ton. Itu sama seperti hasil produksi LNG di Indonesia pada 2017, sebagai eksportir LNG terbesar kelima di dunia," kata Maarten Wetselaar dalam keterangan pers, Selasa (20/3).

Peran LNG dalam sistem energi global meningkat selama beberapa dekade terakhir. Sejak tahun 2000, jumlah negara yang mengimpor LNG meningkat empat kali lipat dan jumlah negara yang memasoknya hampir naik dua kali lipat. 

Perdagangan LNG meningkat dari 100 juta ton pada tahun 2000 menjadi hampir 300 juta ton pada tahun 2017. Jumlah gas ini sangat cukup untuk menghasilkan listrik bagi 575 juta rumah.

Pembeli LNG terus menandatangani kontrak dengan jangka waktu yang lebih pendek dan dengan jumlah yang lebih kecil. Pada 2017, jumlah spot kargo LNG yang terjual mencapai 1.100 untuk pertama kalinya, setara dengan tiga kargo yang dikirim setiap hari. Pertumbuhan ini sebagian besar berasal dari pasokan baru yaitu, Australia dan Amerika Serikat.

Ketidakcocokan persyaratan antara pembeli dan pemasok semakin meningkat. Sebagian besar pemasok masih mencari penjualan LNG jangka panjang untuk mendapatkan sumber pemasukan yang lebih stabil. 

Namun pembeli LNG semakin menginginkan kontrak yang lebih pendek, lebih kecil dan lebih fleksibel sehingga mereka dapat bersaing lebih baik di pasar energi dan gas hilir mereka.

Ketidakcocokan tersebut perlu diatasi agar pengembang proyek LNG dapat membuat keputusan investasi akhir yang diperlukan untuk memastikan persediaan bahan bakar ramah lingkungan untuk ekonomi dunia cukup memadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×