Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sierad Produce Tbk (SIPD) otimistis tahun ini akan mampu mencatat kinerja positif. Perusahaan menargetkan mampu meningkatkan penjualan hingga double digit pada tahun ini.
Namun, Direktur Utama Sierad Produce Tommy Wattimena masih belum merinci angka pasti penjualan yang ditargetkan perusahaan. "Angka pastinya saya belum bisa beri tahu, karena timnya masih baru. Tetapi, pasti double digit. Semoga sampai 20%. Kami akan lihat bersama, tetapi kalau lihat dari pasar kami optimistis," ujar Tommy, Jumat (27/4).
Tahun lalu, Sierad hanya mampu mencatat peningkatkan penjualan sekitar 0,95% dari Rp 2,42 triliun menjadi Rp 2,45 triliun. Menurut Tommy, kenaikan penjualan yang kecil tersebut karena perusahaan banyak melakukan konsolidasi. "Tahun lalu memang kami tidak mengejar growing. Karena itu, tahun ini kami harap kinerja meningkat," imbuh Tommy.
Menurut Tommy, pihaknya optimistis bica mencapai peningkatan penjualan pada 2018 lantaran permintaan ayam terus meningkat seiring dengan kenaikan konsumsi ayam di dalam negeri. Apalagi, saat ini konsumsi ayam di masyarakat Indonesia masih tinggi. Menurutnya, masih ada potensi untuk mengembangkan pasar.
Tahun lalu, peningkatan penjualan Sierad Produce didorong oleh kenaikan volume penjualan segmen ayam potong. Apalagi, penjualan segmen ayam potong pada 2017 sebesar Rp 367 miliar, naik 78% secara yoy.
Sierad mencatat, kenaikan penjualan ini terutama dikarenakan adanya penambahan volume penjualan dari customer existing dan penambahan pelanggan baru. Selain itu, kenaikan penjualan Sierad Produce juga berasal dari kontribusi segmen pakan ternak dan kemitraan
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi Sierad dalam menjalankan bisnis. Salah satunya terkait pasokan dan fluktuasi harga bahan baku yakni jagung dan bungkil kedelai. Apalagi, porsi biaya bahan baku mencapai sekitar 75% - 80% harga pokok pakan.
"Kalau membesarkan ayam itu kan sebagian besar di pakan, 50% anak ayam, sisanya pakan. Kalau pakannya naik, cost akan naik," jelas Tommy.
Tommy bilang, saat ini Indonesia tidak bisa mengimpor jagung untuk pakan ternak. Sehingga mereka hanya tergantung kepada jagung produksi lokal. Menurut Tommy, harga jagung akan menyesuaikan dengan waktu panen.
Menurut Tommy, tahun ini harga jagung lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, harga bungkil kedelai mulai menunjukkan kenaikan harga. Dia bilang, kenaikan harga ini tentu akan berpengaruh kepada harga pakan dan mendorong biaya produksi. Namun, belum tentu Sierad akan menaikkan harga produknya.
"Kalau harga jual ayam bagus sebenarnya tidak perlu. Kami tergantung pada pasar. Bisnis ini kan tidak hanya melihat perusahaan, tetapi juga peternak dan lainnya. Ada kenaikan harga pakan juga tidak berarti kita langsung menaikkan harga," terang Tommy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News