kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dollar AS naik, Sandimas masih tahan harga jual


Selasa, 16 Oktober 2018 / 17:42 WIB
Dollar AS naik, Sandimas masih tahan harga jual
ILUSTRASI. Sandimas Group Bakal Tingkatkan Kapasitas Pabrik


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah terus menguat, tak lantas membuat Sandimas Group menaikkan harga jual produk keramik dan sanitary miliknya. Asal tahu saja, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah menembus Rp 15.206 per dolar.

Hasan Basli, Chief Financial Officer Sandimas Group menyampaikan efek pelemahan nilai tukar rupiah tersebut memang meningkatkan cost perusahaan. Apalagi saat ini hampir 50% produk yang dijual didatangkan dari impor yang terdampak nilai tukar.

"Sandimas sampai hari ini belum ada rencana untuk meningkatkan harga jual karena kebutuhan pasar. Market saat ini juga masih belum meningkat secara signifikan," ujarnya di Jakarta, Selasa (16/10).

Namun dirinya mengatakan ada sebagian kecil penyesuaian harga yang dilakukan khususnya untuk produk-produk yang baru. Sedangkan hampir seluruh produk yang dijual saat ini harganya masih tetap dipertahankan.

Namun dirinya akan terus mencermati perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Yang jelas, bila dolar terus menguat maka mau tak mau perusahaan akan mengerek harga jual produk. Namun saat ini, perusahaan masih akan mematok harga sama kendati beban meningkat.

"Ke depan ada kemungkinan untuk meningkatkan harga per hari ini kan dolar AS sudah capai Rp 15.200 sudah naik 15%-an dari sebelumnya, kalau stabil di 15.000 terus kedepannya kami akan naikin harga," lanjutnya.

Selain itu, perusahaan juga akan menjalankan strategi untuk menurunkan proporsi impor dengan ekspansi kapasitas pabrik. Saat ini, proporsi impor mencapai 50% dari total produk, kedepan perusahaan akan menekan produk impor di level 40% saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×