Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan
SEMARANG. Semakin minimnya lahan yang di kawasan Jabodatabek melecut para pengembang properti mencari lokasi baru. Satu kawasan bidikan pengembang adalah daerah di jalur pantai utara alias Pantura.
Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), Eddy Hussy, berpendapat, kebutuhan hunian tinggal di Pantura masih cukup besar. Kebutuhan terhadap hunian mengerek porsi area komersial. Adanya hunian komersial mendukung pertumbuhan pendapatan.
"Meski tak bisa ditampik, prospek properti di pantura masih memiliki tantangan dari sisi pembenahan infrastruktur, semisal ruas jalan. Saya memprediksi, pertumbuhan bisnis properti dan pertumbuhan investasi di daerah tersebut tak akan agresif," terangnya, akhir pekan kemarin.
Prediksi REI, secara umum, pertumbuhan industri properti pada tahun ini hanya maksimal 15% sampai 20%. Sementara proyeksi pertumbuhan harga properti kategori high end, mentok 20%. "Kategori low end, maksimal naik 10% sampai 15%," ucap Eddy.
Dua pengembang yang diketahui telah mengembangkan properti di pantura adalah PT Ciputra Development Tbk dan PT Dafam Property Indonesia. Tak cuma satu kota, Ciputra malah sudah mengembangkan properti di Cirebon, Tegal, dan Pekalongan.
Cirebon adalah kota teranyar yang dimasuki oleh Ciputra. Di Kota Udang itu, Ciputra membangun perumahan klaster, rumah toko, dan rumah kantor di atas lahan 40 hektare.
Ciputra menargetkan bisa mengantongi marketing sales Rp 200 miliar. "Hingga Agustus 2014, marketing sales kami sudah Rp 150 miliar," beber Project Manager Ciputra Nusa Mitra, Yohanes Sukiman.
Sementara Dafam Property, diketahui melansir perumahan kluster bernama Gaia Residence di perbatasan Batang dan Pekalongan. Proyek tersebut memakan lahan 8.000 meter persegi.
Terpisah, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI Jawa Tengah (Jateng) terus berupaya meminimalkan backlog atau kekurangan rumah sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sejak Januari 2014 sampai Agustus 2014, DPD REI Jateng sudah membangun 5.000 rumah sederhana.
Ketua DPD REI Jateng, MR Priyanto, berharap, angka tersebut bisa bertambah. Target pembangunan rumah sederhana di Jateng mencapai 10.000 per tahun. "Kalaupun tidak bisa dipenuhi, kami berupaya membangun rumah sederhana dengan jumlah mendekati target. Sebab, permintaan rumah sederhana di Jateng sangatlah tinggi," tuturnya.
DPD REI Jateng berusaha meminimalisasi jumlah kekurangan rumah sederhana karena backlog hunian akan meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2013 lalu, DPD REI Jateng hanya bisa membangun 7.600 rumah sederhana.
Kala itu, pembangunan tidak bisa berjalan lancar karena dipicu oleh harga jual yang belum pasti. Namun, sejak Juli 2014, harga rumah sederhana di Jateng dipastikan meningkat menjadi Rp 115 juta bebas PPn dari sebelumnya Rp 88 juta.
"Saya berharap, adanya peningkatan harga membuat para pengembang bersemangat dalam membangun rumah sederhana," kata Priyanto.
Di sektor perbankan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, yang selama ini serius menggarap pembiayaan rumah sederhana, mamatok angka penyaluran pembiayaan perumahan pada 2014 sebesar Rp 17 triliun. Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan, saat ini realisasi penyaluran pembiayaan rumah sederhana sudah mencapai Rp 9 triliun.
Selama membiayai pemilikan rumah sederhana, BTN sudah secara nasional menyalurkan KPR rumah bersubsidi sebanyak 60.000 unit. "Kami memprioritaskan program pengurangan backlog yang sekarang masih mencapai 15 juta rumah di seluruh Indonesia," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News