kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2009, PIM Produksi Urea Lebih Banyak


Jumat, 26 September 2008 / 18:35 WIB
2009, PIM Produksi Urea Lebih Banyak
ILUSTRASI. TAJUK - Barli Halim Noe


Reporter: Nurmayanti | Editor: Test Test

JAKARTA. PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) bakal bernafas lebih panjang pada 2009. BUMN pupuk ini tak lagi berbagi pasokan gas dengan PT Kertas Kraf Aceh (KKA).

Sekretaris Perusahaan PIM, Usman Mahmud mengatakan, PIM sudah mendapat komitmen pasokan gas sebanyak tiga kapal kargo pada 2009. Sumber pasokan masih dari pengalihan (swap) gas PT Pupuk Kaltim (PKT). "Dari sisi volume, gas yang kami peroleh tetap sama dengan tahun ini. Tapi kami akan nikmati sendiri,"kata Usman, Jumat (26/9).    

Alhasil, PIM pun bakal memproduksi pupuk urea lebih banyak dibanding tahun ini. Usman bilang, produksi PIM pada 2009 bisa mencapai 245.000 ton urea. Angka itu lebih besar dibanding produksi PIM tahun ini yang hanya 200.000 ton.

Usman bilang, PIM tak bisa  memproduksi lebih dari 200.000 ton karena keterbatasan pasokan gas. "Kami harus berbagi pasokan gas dengan KKA," ucap nya. Gara-gara berbagi gas, kata Usman, PIM pun bernapas dan menghasilkan pupuk hingga November 2008. "Kemudian berhenti produksi lagi," ujarnya.

Mesin PIM bakal hidup lagi pada 2009 setelah pasokan gas dari swap PKT tiba. PIM bakal semangat memproduksi urea pada 2009. Pemicunya bukan semata-mata pasokan gas yang lebih banyak. "Pasar pupuk di dalam negeri juga sedang bagus-bagusnya," kata Usman.

Usman bilang, harga urea di dalam negeri lebih mahal dibanding harga di pasar internasional. Harga rata-rata urea di pasar dalam negeri US$ 760 per ton. Sedangkan di pasar internasional hanya US$ 700 per ton. "Permintaan urea di dalam negeri sangat besar," ucap Usman.

Karena itu, kata Usman, perusahaannya bakal lebih serius membidik pasar dalam negeri. Usman berharap, pemerintah mengizinkan niat perusahaannya tersebut. "Selama ini produksi kami lebih banyak diekspor," imbuh Usman.

Tapi, pemerintah sepertinya sulit mengabulkan keinginan PIM tersebut. Kasubdit Direktorat Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan (Depdag) Suhanto mengatakan, hasil produksi PIM memang difokuskan untuk dijual ke pasar ekspor. "Karena itu pupuk PIM tidak dapat subsidi, kalau pun ada yang dijual di dalam negeri jumlahnya sedikit saja," kata Suhantono, Jumat (26/9).
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×