kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada konglomerat Indonesia di IPO Grab, tiga poros ini bakal bersaing sengit


Kamis, 15 April 2021 / 21:24 WIB
Ada konglomerat Indonesia di IPO Grab, tiga poros ini bakal bersaing sengit
ILUSTRASI. Logo Grab. Kontan/Tantyo Anon Prasetya


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grab Holdings inc. (Grab) mengumumkan rencana menjadi perusahaan terbuka di Amerika Serikat bekerja sama dengan Altimeter Growth Corp (Nasdaq: AGC). Nilai transaksi pada valuasi pro-forma ekuitas perdana diprediksi mencapai sekitar US$ 39,6 miliar berdasarkan nilai Private Investment in Public Equity (PIPE) yang melebihi US$ 4 miliar.

Dengan proyeksi itu, investasi dalam bentuk dana tunai baru ke Grab diperkirakan bisa menyentuh total US$ 4,5 miliar. Aksi ini diprediksi akan menjadi penawaran ekuitas perdana terbesar sepanjang sejarah di bursa saham Amerika Serikat oleh perusahaan Asia Tenggara.

PIPE tersebut dipimpin oleh Altimeter yang berkomitmen US$750 juta. Investor terkemuka dari Indonesia seperti Djarum, Keluarga Sariaatmadja (Grup EMTEK), dan Grup Sinar Mas juga berpartisipasi dalam penawaran PIPE ini. Masuknya tiga konglomerasi Indonesia itu bakal membuat peta persaingan industri digital di Indonesia semakin sengit. Sebab, ketiganya juga memiliki portofolio investasi dalam ekonomi digital.

Baca Juga: Grab mencaplok saham Elang Mahkota Teknologi (EMTK), simak prospeknya ke depan

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef, Nailul Huda menilai aksi tersebut dapat membuat kompetisi ekonomi digital di Indonesia mengerucut pada tiga poros utama. Pertama, Gojek dan Tokopedia yang dikabarkan segera merger dan menyusul untuk menggelar IPO.

Kedua, grup Grab dengan dana segar dari IPO dan sokongan ekosistem bisnis dari para investornya. Ketiga, Shopee dengan dukungan dari SEA Grup-nya. "Ini menarik, karena di beberapa sektor ekonomi digital tampaknya sudah mengerucut persaingannya. Ride-hailing Gojek-Grab. E-commerce Tokped-Bukalapak-Shopee. Payment Gopay-Ovo-ShopeePay-LinkAja-Dana," kata Huda saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/4).

Di luar tiga poros raksasa itu, persaingan akan semakin sulit. Oleh sebab itu, merger dan akuisisi akan menjadi opsi untuk bertahan dan mengembangkan lini bisnisnya. Jika tidak, maka platform ekonomi digital lainnya bisa merger dan membentuk ekosistem baru, asalkan bisa menggaet investor dengan pendanaan yang melimpah.

"Kalau dilihat pangsa pasar memang mengerucut, namun bukan tidak mungkin jika ada pendanaan yang "wah" bisa membuat platform kecil berkembang. Lalu neobank (bank digital) juga menarik. Konglomerasi yang punya neobank tampaknya bisa take a winner," terang Huda.

Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur menyampaikan, IPO akan membuat kapasitas pendanaan Grab untuk ekspansi semakin besar. Dengan begitu, Grab bisa semakin fleksible melakukan diversifikasi usaha.

Untuk pasar Indonesia, Grab masih dominan dengan kategori produk deliveries (GrabBike dan GrabCar) serta kategori produk mobility seperti GrabFood. Padahal jika melihat portofolio bisnis di ASEAN, Grab tampak ingin melakukan penetrasi bisnsi di sektor jasa keuangan.

Yakni melalui GrabPay, GrabFinance, GrabInsure, hingga GrabInvest. "Ini menjadi indikasi bahwa dengan IPO ke depan bisa jadi Grab akan memperkuat produk-produk fintech-nya di Indonesia," ujar Taufid.

Adanya dana segar lewat IPO juga menjadi peluang bagi Grab untuk adu cepat membangun ekosistem ekonomi digital dan mulai masuk ke bisnis-bisnis digital lain dengan melakukan akuisisi perusahaan yang potensial. Selain itu, tidak menutup kemungkinan Grab dapat masuk ke pasar Edtech dan Healthtech yang menjadi gamechanger selama pandemi ini.

"Artinya, ini baik bagi tumbuhnya ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan karena dapat menstimulus demand terhadap ekonomi digital," sambung Taufiq. 

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga enggan memberikan tanggapan mengenai IPO Grab. Namun secara umum, Bima optimistis hal itu bisa mendorong pengembangan ekosistem ekonomi digital semakin terakselerasi.

"Pertumbuhan industri digital sebelum pandemi memang positif. Di masa pandemi, pertumbuhannya terbilang lebih cepat. perkembangan industri digital memang sedang dan akan terus terjadi seiring teknologi yg terus berinovasi," ujar Bima kepada Kontan.co.id, Kamis (15/4).

Sayangnya, hingga tulisan ini dibuat, pihak EMTEK Grup maupun Sinar Mas Grup belum menjawab pertanyaan Kontan.co.id mengenai rencana pengembangan ekosistem digital dari konglomerasi tersebut.

Selanjutnya: Dibeli Grab, saham Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) terkerek 7,14%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×