kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada konglomerat Indonesia di IPO Grab, tiga poros ini bakal bersaing sengit


Kamis, 15 April 2021 / 21:24 WIB
Ada konglomerat Indonesia di IPO Grab, tiga poros ini bakal bersaing sengit
ILUSTRASI. Logo Grab. Kontan/Tantyo Anon Prasetya


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

"Kalau dilihat pangsa pasar memang mengerucut, namun bukan tidak mungkin jika ada pendanaan yang "wah" bisa membuat platform kecil berkembang. Lalu neobank (bank digital) juga menarik. Konglomerasi yang punya neobank tampaknya bisa take a winner," terang Huda.

Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur menyampaikan, IPO akan membuat kapasitas pendanaan Grab untuk ekspansi semakin besar. Dengan begitu, Grab bisa semakin fleksible melakukan diversifikasi usaha.

Untuk pasar Indonesia, Grab masih dominan dengan kategori produk deliveries (GrabBike dan GrabCar) serta kategori produk mobility seperti GrabFood. Padahal jika melihat portofolio bisnis di ASEAN, Grab tampak ingin melakukan penetrasi bisnsi di sektor jasa keuangan.

Yakni melalui GrabPay, GrabFinance, GrabInsure, hingga GrabInvest. "Ini menjadi indikasi bahwa dengan IPO ke depan bisa jadi Grab akan memperkuat produk-produk fintech-nya di Indonesia," ujar Taufid.

Adanya dana segar lewat IPO juga menjadi peluang bagi Grab untuk adu cepat membangun ekosistem ekonomi digital dan mulai masuk ke bisnis-bisnis digital lain dengan melakukan akuisisi perusahaan yang potensial. Selain itu, tidak menutup kemungkinan Grab dapat masuk ke pasar Edtech dan Healthtech yang menjadi gamechanger selama pandemi ini.

"Artinya, ini baik bagi tumbuhnya ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan karena dapat menstimulus demand terhadap ekonomi digital," sambung Taufiq. 

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga enggan memberikan tanggapan mengenai IPO Grab. Namun secara umum, Bima optimistis hal itu bisa mendorong pengembangan ekosistem ekonomi digital semakin terakselerasi.

"Pertumbuhan industri digital sebelum pandemi memang positif. Di masa pandemi, pertumbuhannya terbilang lebih cepat. perkembangan industri digital memang sedang dan akan terus terjadi seiring teknologi yg terus berinovasi," ujar Bima kepada Kontan.co.id, Kamis (15/4).

Sayangnya, hingga tulisan ini dibuat, pihak EMTEK Grup maupun Sinar Mas Grup belum menjawab pertanyaan Kontan.co.id mengenai rencana pengembangan ekosistem digital dari konglomerasi tersebut.

Selanjutnya: Dibeli Grab, saham Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) terkerek 7,14%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×