kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada Larangan Ekspor ke Singapura akibat Flu Babi Afrika, Ini Langkah Kementan


Senin, 08 Mei 2023 / 06:13 WIB
Ada Larangan Ekspor ke Singapura akibat Flu Babi Afrika, Ini Langkah Kementan
ILUSTRASI. Paska penutupan pintu ekspor ternak babi asal Pulau Bulan ke Singapura, Kementan gerak cepat untuk memberikan pendampingan. KONTAN/Daniel Prabowo


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paska penutupan pintu ekspor ternak babi asal Pulau Bulan, Provinsi Kepulauan Riau ke Singapura, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian gerak cepat untuk memberikan pendampingan pelaksanaan disposial, desinfeksi dan pelaksanaan biosekuriti. 

Melansir Kompas.com, penutupan pintu ekspor ini sebagai imbas temuan penyakit pada ternak babi berupa African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika sejak April 2023. 

“Kementan telah usulkan sistem sub-kompartemen bebas ASF di Pulau Bulan dan telah disetujui oleh pihak Singapura, sehingga kedepan kita dapat kembali mengekspor ternak babi ke Singapura,” ujar Kepala Barantan, Bambang melalui keterangan persnya, Minggu (7/5/2023). 

Pemerintah melakukan pendampingan ketat kepada pemilik peternakan hewan babi di Pulau Bulan, PT ITS setelah dicabut penetapannya sebagai kompartemen bebas ASF di Indonesia. 

“Dengan pembekuan ini, kami akan menindaklanjuti dengan melakukan evaluasi secara berkesinambungan agar dapat ditinjau pemberlakuan kompartemen bebas ASF dengan sistem sub kompartemen,” katanya lagi. 

Menurut Bambang, upaya ini menjadi langkah yang strategis mengingat Pulau Bulan merupakan peternakan babi terbesar di Indonesia dan tercatat menyumbangkan 15 persen dari total keseluruhan kebutuhan impor babi di Singapura. 

Baca Juga: Kementan: Singapura Masih Mau Impor Babi dari Batam, Ini Syaratnya

“Kementan akan evaluasi dan investigasi seluruh aspek manajemen risikonya. Bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan kami bersama bergerak cepat menurunkan tim,” kata Bambang. 

Sebagai informasi, PT ITS telah lama ditetapkan sebagai kompartemen bebas ASF dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Keputusan Nomor 669/KPTS/PK.320/M/11/2021 tentang Penetapan PT ITS Suaka sebagai Kompartemen Bebas dari Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Ternak Babi. 

Peternakan babi tersebut secara berkala melakukan pengujian flu babi Afrika yang dikirim ke Laboaratorium Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. 

Namun beberapa waktu lalu, Singapura telah menyatakan babi hidup yang dikirim dari Pulau Bulan, Kepulauan Riau, Indonesia ke Singapura, telah ditemukan terinfeksi penyakit flu babi Afrika.

Virus tersebut terdeteksi di dalam daging babi yang dipotong di sebuah tempat pemotongan hewan di Jurong, Singapura. Penyakit babi ini sangat mudah menyebar di antara babi liar dan babi domestik, namun tidak menular ke manusia. 

Baca Juga: Kementan: Ekspor Babi Asal Pulau Bulan Batam ke Singapura Positif Flu Babi Afrika

Menurut Badan Makanan Singapura/ Singapore Food Agency (SFA), ini adalah pertama kali ASF terdeteksi pada babi yang diimpor ke Singapura. Pemerintah Singapura dalam hal ini SFA lalu menghentikan sementara impor babi dari Pulau Bulan, Batam sebagai imbas temuan flu babi Afrika pada 19 April 2023. 

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa Putra mengatakan, pemerintah telah secara aktif berkoordinasi dengan pihak Singapura. 

Koordinasi ini antara Barantan, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Pihak Singapura ( Singapore Food Agency and NS Park) pada tanggal 28 April 2023 yang lalu di Kantor PT. ITS. 

Disebutkan bahwa hasil join investigasi bersama antara Indonesia dan Singapura terjadi kematian babi yang cukup besar di Pulau Bulan, namun dengan gejala klinis mengarah ke Classical Swine Fever (CSF)/Hog Cholera. 

Baca Juga: WHO Bakal Ganti Nama Penyakit Cacar Monyet, Apa Alasannya?

“Hasil pengujian lanjutan baik oleh Laboratorium BBUSKP dan BVet Bukittinggi adalah positif ASF dan negatif CSF, sehingga perlu dilakukan sequencing untuk mengetahui genom virus terkait kemiripan asal virus,” jelas Wisnu. 

Wisnu juga mengatakan, pihaknya melalui Karantina Pertanian Tanjung Pinang melakukan langkah-langkah antisipatif berupa pengujian ASF terhadap ternak babi yang akan dilalulintaskan dan melakukan pengetatan tindakan karantina hewan. 

“Selain itu, pemantauan terhadap importasi pakan dan bahan pakan yang masuk ke Pulau Bulan sebagai langkah kewaspadaan kemungkinan masuknya ASF di pulau ini,” tutup Wisnu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kementan Gerak Cepat Tangani Flu Babi Afrika Imbas Larangan Ekspor ke Singapura"
Penulis : Elsa Catriana
Editor : Akhdi Martin Pratama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×