kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada Peluang Ekspor, Ini Deretan Emiten yang Ekspor Batubara ke India


Selasa, 31 Mei 2022 / 06:40 WIB
Ada Peluang Ekspor, Ini Deretan Emiten yang Ekspor Batubara ke India


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. India menghadapi kekurangan pasokan batubara domestik. Penambang batubara terbesar di dunia, yakni Coal India berencana mengimpor batubara. 

Mengutip Reuters, ini adalah rencana impor pertama Coal India sejak 2015. Pasokan yang terbatas memicu kekhawatiran terjadinya pemadaman listrik. Pada April 2022, Negara Anak Benua ini menghadapi pemadaman listrik terburuk dalam lebih dari enam tahun.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, krisis batubara di India akan tergantung bagaimana situasi gelombang panas yang terjadi di negara tersebut. Gelombang panas ini akan cenderung mengikuti waktu musim panas yang biasa terjadi di kisaran Mei dan Juni.

Baca Juga: Waduh, Suplai Alat Berat Masih Tersendat, Padahal Permintaan Terus Menguat

Felix mengamini, krisis listrik dan energi di India menjadi peluang meningkatnya permintaan dari India, dan menjadi peluang bagi emiten-emiten di Indonesia untuk meningkatkan penjualan ke negara tersebut. Hanya saja, sejauh ini Felix mengamati belum ada emiten dalam cakupannya yang merevisi naik angka produksi tahun ini.

“Mungkin dampak yang terasa adalah dari segi harga batubara sendiri yang bullish akibat kenaikan  permintaan dari India,” terang Felix kepada Kontan.co.id, Senin (30/5).

Kontan.co.id mencatat, terdapat sejumlah emiten batubara yang memiliki eksposur penjualan ekspor ke India, salah satunya PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Per kuartal pertama 2022, ADRO mencatatkan penjualan 12,59 juta ton batubara. Penjualan ke pasar India mencakup 13% dari total penjualan tersebut.

Baca Juga: Rekap Kinerja Sejumlah Emiten di Kuartal I-2022, Emiten Tambang Jadi Jawara

PT Indika Energy Tbk (INDY) juga mencatatkan India sebagai salah satu pasar ekspornya. Sebanyak 7% dari total penjualan sebanyak 9,2 juta ton dilempar ke pasar India. Adapula PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang masing-masing sebanyak 7% dan 8% dari total penjualan batubaranya ditujukan ke pasar India.

Head of Corporate Communication ADRO, Febriati Nadira mengatakan, krisis batubara India akibat perubahan cuaca adalah hal yang di luar ekspektasi manajemen.

“Terkait peluang ekspor ke India dalam kondisi saat ini, Adaro sudah ada kontrak dengan existing customer, sehingga kami akan fokus untuk memenuhi itu dan menjalankan rencana produksi yang sudah ditetapkan,” terang Nadira saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (30/5).

Baca Juga: Cadangan Batubara Terbukti MNC Energy (IATA) dari 4 IUP Naik Jadi 201,32 Juta MT

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastva mengatakan, kondisi di India menjadi angin segar bagi sektor batubara dan BUMI, selama jumlah produksi (output) dalam angka yang normal. “Tantangan saat ini adalah ketersediaan (suplai) karena fenomena La Nina disertai hujan lebat yang terus menerus terjadi sejak Desember 2021,” terang Dileep.

Dileep memprediksi, sebanyak 20%-25% dari total ekspor batubara BUMI akan dilempar ke pasar India pada 2022. Ini merupakan angka perkiraan kasar.

Nadira juga mengatakan, faktor cuaca seperti musim hujan yang lebat bisa menjadi salah satu tantangan terbesar untuk menyediakan pasokan batubara. Kelangkaan pasokan yang ketat akibat cuaca buruk, kendala logistik, dan suplai yang terbatas saat permintaan meningkat dapat meningkatkan harga batubara ke depan.

Baca Juga: Tingginya Harga Batubara Bisa Permudah Pendanaan Eksternal, Begini Respons Pemainnya

Felix mengamini, adanya gangguan cuaca (hujan) masih menjadi penyebab utama penurunan produksi batubara emiten. Ini tercermin dari menurunnya volume produksi sejumlah emiten sepanjang kuartal pertama 2022, seperti ADRO, ITMG, INDY, dan BYAN.

Menurut Felix, selain faktor krisis energi di Eropa Timur dan India, pembukaan penguncian wilayah (lockdown) di Shanghai, China, bisa mendorong permintaan batubara ke depan. Peningkatan aktivitas bisnis dan industri setelah masa lockdown membutuhkan bahan bakar seperti batubara dan pada akhirnya mendorong permintaan. “Walaupun memang China berusaha untuk meningkatkan produksi batubara guna menutup peningkatan permintaan dari industrinya,” pungkas Felix.

Oleh karena itu, Panin Sekuritas memproyeksikan harga rata-rata batubara tahun ini berada di level US$ 160 per ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×