Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan potensi persediaan tinggi atau high inventory pada Kilang LNG Badak dan Kilang Donggi-Senoro LNG (DSLNG).
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menuturkan, potensi ini timbul akibat rendahnya permintaan dan isu operasional pada offtaker. "Maka ada potensi ada high inventory di Kilang LNG Badak dan juga di DSLNG Donggi Senoro berakibat pada curtailment atau pengurangan produksi supply gas di hulu dari para KKKS untuk menghindari tank top and spill over," ungkap Julius kepada Kontan.co.id, Rabu (13/5).
Baca Juga: Berusia lebih dari separuh abad, PGAS ingin terus memperluas jaringan gas
Julius menambahkan, pemangkasan produksi ini berpotensi menurunkan target lifting sebesar 400 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Dan diprediksi bakal berlangsung hingga jadwal lifting berikutnya. Menurutnya, ada sejumlah KKKS yang berpotensi terdampak antara lain KKKS di Wilayah Kalimantan Timur yang memasok untuk LNG Badak yakni Pertamina Hulu Mahakam dan ENI.
Selain itu, untuk KKKS di Sulawesi Tengah yang memasok untuk Kilang DSLNG yakni JOB Senoro dan Pertamina EP. Julius memastikan pihaknya berupaya menjalin kordinasi dengan KKKS seputar potensi pemangkasan produksi ini.
Disisi lain, ia menilai ada kesulitan melakukan kordinasi dengan pihak lain khususnya pembeli atau offtaker sebab berada di luar kontrol lini hulu migas. Sebelumnya, manajemen PHM telah memastikan pemangkasan produksi ini.
General Manager PHM John Anis bilang produksi di kuartal II berpotensi turun menyusul kondisi kapasitas penampung di Kilang LNG Badak yang diproyeksikan mengalami high inventory. "Kami mau tidak mau turunkan produksi demi hindari masalah safety di Bontang," tutur John kepada Kontan.co.id, Minggu (10/5).
Baca Juga: Pertamina Hulu Mahakam nantikan insentif bagi sektor hulu migas
Kendati demikian, John belum bisa merinci seberapa besar penurunan produksi di akhir semester I ini. Sebelumnya, PHM sepanjang kuartal I 2020 melampaui target teknis Work Program & Budget (WP&B) yang dicanangkan. Adapun, produksi minyak PHM mencapai 30,34 kbpd melebihi target sebesar 28,43 kbpd. Sementara produksi gas tercatat sebesar 658,5 mmscfd atau melampaui target sebesar 590 mmscfd.
John Anis menjelaskan, capaian positif produksi merupakan imbas dari penambahan sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 dan telah mulai berproduksi pada awal tahun ini, serta upaya pemeliharaan sumur-sumur (work over & well services) yang ada.
Selain penurunan produksi, PHM juga memastikan bakal merevisi jumlah target pengeboran pada tahun ini. Sedianya, PHM menargetkan pengeboran 117 sumur di tahun ini. Jumlah tersebut bakal direvisi menjadi hanya 88 pengeboran sumur.
"Kami mengurangi jumlah sumur yang akan di bor tahun ini dari 117 sumur ke 88 sumur serta mengurangi rig yang dipakai dari 4 menjadi 2 rig. Ini untuk mengurangi belanja modal. Sudah kami revisi," tandas John.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News