Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bencana gempa bumi bisa menimbulkan banyak korban dan kerugian besar.
Untuk itu, Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengusulkan peta gempa tahun 2010 agar diperbarui.
"Dulu 2010 ada dua peta. Tidak gampang menyatukan dua peta gempa. Peta 2010 akan kita update tahun 2016 ini," ujar Basuki saat acara "Workshop Karakterisasi Sumber Gempa Baru untuk Updating Peta Gempa Indonesia 2016", di Hotel Ambhara, Jakarta, Senin (30/5/2016).
Menurut Basuki, pembaruan peta ini diperlukan karena ditemukan sumber-sumber gempa baru, baik itu terjadi setelah 2010 maupun gejala geologi yang sebelumnya belum terindikasi.
Saat ini, salah satu sesar baru yang sebelumnya tidak terindikasi adalah mulai dari Nusa Tenggara Barat, Surabaya, Semarang, dan Jawa Barat.
Basuki menuturkan, saat membangun bendungan Jatibarang di Semarang mungkin masih aman. Namun, dengan ditemukannya titik baru, peta gempa perlu diperbarui lagi.
Alasan lainnya pembaruan peta ini adalah karena ditemukannya metode teknologi yang baru.
Namun, metode ini masih sebatas pemetaan potensi gempa. Pasalnya, sampai saat ini, belum ada teknologi yang menentukan kapan gempa terjadi.
"Kalau gerhana matahari bisa ditentukan detiknya kapan berapa menit sampai berapa detik. Kalau gempa belum ada," jelas Basuki.
Dasar yang ketiga pembaruan peta gempa adalah karena dampak gempa berbeda-beda.
Basuki mencontohkan, jika sudah dibuat tanggul banjir, maka daerah tersebut dianggap sudah aman.
Kemudian, pembangunan infrastruktur dan gedung menjadi lebih pesat. Namun, saat tanggulnya jebol, misalnya karena gempa, maka kerugiannya akan lebih tinggi.
Apalagi, tambah dia, saat ini pemerintah tengah mengupayakan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata.
Jika terkena gempa, pemerintah atau negara akan mengalami kerugian yang besar.
Titik gempa baru
Sementara itu, menurut Kepala Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR), Arie S Moerwanto, pelatihan atau lokakarya ini diadakan untuk mengenali sumber-sumber gempa baru dan karakterisik sumber-sumber gempa yang sudah ada.
Lokakarya tersebut membahas lebih mendalam sumber-sumber gempa baru dengan melibatkan para pemangku kepentingan di Indonesia.
Dalam lokakarya ini Kementerian PUPR bekerjasama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Minerl (ESDM), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Informasi Geospasial, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Workshop ini akan dilangsungkan selama 2 hari dan akan membahas 5 topik, yang kaitannya dengan geologi, geodesi, seismologi dan instrumentasi, serta seismic hazard analisis menggunakan perangkat lunak USGS.
"Masing-masing topik akan dipresentasikan paparan temuan akhir dari para ahli yang merupakan tim pusat studi gempa nasional," jelas Arie. (Penulis: Arimbi Ramadhiani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News