Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. PT Adaro Indonesia memperoleh pinjaman sebanyak US$ 120 juta dari sejumlah sindikasi perbankan internasional. Sebanyak US$ 80 juta diantaranya merupakan pinjaman yang diperpanjang jangka waktu jatuh temponya.
Menurut Presiden Direktur Adaro Boy Garibaldi Thohir memperoleh pinjaman ditengah krisis keuangan seperti sekarang ini merupakan peluang yang tidak boleh disia-siakan perusahaan. "Untuk kondisi sekarang bisa dapat pinjaman saja sudah syukur. US$ 120 juta itu kombinasi dari beberapa bank, salah satu nya dari DBS yang memperpanjang pinjaman dengan terms baru," kata Boy, akhir pekan lalu.
Secara lebih rinci, Sekretaris Perusahaan Adaro Andre Johanes Mamuaya menambahkan selain DBS Bank Ltd setidaknya ada tiga bank lain yang tergabung dalam sindikasi yang memperpanjang jatuh tempo pinjamannya. Mereka adalah Standard Chartered Bank, United Overseas Bank (UOB) Limited, dan PT ANZ Panin Bank. Jatuh tempo pinjaman sampai 25 Februari 2010 dengan suku bunga LIBOR + 1,75% per tahun.
Menurut Andre pembayaran kembali fasilitas pinjaman dilakukan secara bertahap. Sebanyak US$ 20 juta akan dibayarkan pada 29 Mei 2009, kemudian US$ 20 juta pada 31 Agustus 2009, US$ 20 juta pada 30 November 2009, sementara US$ 20 juta sisanya saat tanggal jatuh tempo.
"Penjaminnya Adaro Energy, PT Indonesia Bulk Terminal, dan Coaltrade Services International Pted Ltd. Saat ini kami sedang memenuhi kondisi yang diperlukan untuk pemberian fasilitas pinjaman itu," kata Andre.
Selain itu untuk pinjaman sebanyak US$ 40 juta diperoleh Adaro dari DBS Bank Limited. Dimana jatuh tempo pinjamannya selama 36 bulan setelah diberikannya fasilitas pinjaman itu dengan suku bunga LIBOR + 2% per tahun.
Menurut Boy, pinjaman sebanyak US$ 40 juta itu akan digunakan perusahaan untuk modal kerjanya. Sementara US$ 80 juta akan digunakan untuk keperluan refinancing. Boy menambahkan pada 2009 ini, belanja modal Adaro dianggarkan sebanyak US$ 100 juta. "Kebanyakan untuk penambahan fasilitas river port karena dengan rencana penambahan produksi harus dipersiapkan lebih baik lagi," ujarnya.
Adaro menargetkan produksi batubara 2009 bisa menembus jumlah 42 juta ton sampai 45 juta ton, tergantung cuaca yang sangat mempengaruhi produksi batubara. Target produksi 2009 meningkat dibandingkan realisasi produksi tahun sebelumnya sebanyak 38,5 juta ton. Dari kegiatan usahanya tahun ini, perusahaan tambang batubara yang beroperasi di Kalimantan tersebut berharap pendapatan nya bisa mencapai US$ 2 miliar. Dengan earning before interest, tax, depreciation and amortization (ebitda) atau laba sebelum pajak sebesar US$ 750 juta sampai US$ 1 miliar.
"Tapi pencapaian ebitda itu ditentukan performance kita. Kebetulan kita sudah sangat konservatif, dari dulu menganut kontrak jangka panjang, untuk harga juga kita tentukan setiap tahun kita nggak mau terlalu tergantung pada spot market. Karena komoditas itu kan turun naik harganya. Dan kita lihat dalam kondisi batubara seperti sekarang maka penjualan kontrak jangka panjang itu yang paling aman," kata Boy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News