Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menilai, kenaikan harga batubara ke level US$ 101,69 per ton belum mencerminkan keadaan sebenarnya komoditas tersebut.
Head of Corporate Secretary and Investor Relation PT Adaro Energy Tbk Mahardika Putranto mengatakan pasalnya kenaikan harga yang siginifikan tersebut bukan didorong oleh kenaikan permintaan, tetapi lebih akibat berkurangnya pasokan.
"Tingkat permintaan kurang lebih sama, meskipun di Indonesia secara bertahap ada peningkatan," kata Mahardika di Jakarta, Senin (19/12).
Dia mengungkapkan, program pemangkasan produksi batubara yang dilakukan China sejak pertengahan tahun berjalan dengan baik. Hal tersebut sangat membantu dalam mengurangi pasokan dunia yang jauh melampaui permintaan.
Namun, Negeri Tirai Bambu mulai melonggarkan kebijakannya, sehingga sedikit demi sedikit produksi mengalami kenaikan. Diperkirakan, peningkatan tersebut akan berlangsung setidaknya hingga kuartal I/2017.
Adaro pun memilih untuk mempertahankan strateginya dengan kontrak-kontrak jangka panjang.
"Secara long term, strategi Adaro tak berubah. Ke depan tingkat permintaan akan signifikan bukan cuma di Indonesia, tapi juga Asia Tenggara," ujarnya.
Adapun dalam waktu dekat, dia berharap harga masih bertahan setidaknya hingga awal tahun. Pasalnya, Adaro tengah merenegosiasikan kembali harga batubara dalam kontrak untuk tahun depan.
"Outlook jangka pendek mulai membaik. Kita berharap kontrak-kontrak yang sedang direnegosiasi untuk tahun depan bisa mendapat harga yang baik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News