kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AISA genjot bisnis non beras


Selasa, 25 Juli 2017 / 19:15 WIB
AISA genjot bisnis non beras


Reporter: Siti Maghfirah | Editor: Johana K.

JAKARTA. Kendati dalam beberapa hari terakhir nilai saham terus merosot, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk masih optimis dapat mengejar target pertumbuhan pendapatan sebesar 8% . Menurut Direktur Keuangan Sjarimbi Lioe, optimisme ini karena setiap divisi dalam tubuh perusahaan masih bagus perkembangan bisnisnya.

Asal tahu saja, di luar bisnis beras, perusahaan dengan kode saham AISA ini punya dua bisnis lainnya. "Bisnis kami tidak melulu beras. Ada divisi food, meski saat ini beras mengambil porsi 60% persen dan food 40%. Ke depannya, food akan menjadi komponen besar," ujarnya.

Namun, angka ini turun dari target awal perseroan untuk mengerek pertumbuhan sebesar 14% atau senilai Rp 7,61 triliun. Sjarimbi mengaku dengan kondisi saat ini, target tersebut akan sulit direalisasikan.

Pertumbuhan kinerja kuartal I dan II tahun ini, menurut penilaian Sjarimbi memang lambat. Pendapatan perseroan pada kuartal I 2017 turun 12,3% dari Rp 1,66 triliun tahun lau menjadi Rp 1,46 triliun.

Menurut lappran keuangan sementara AISA, perseroan mengestimasi total pendapatan sepanjang semester I 2017 mencapai Rp 3,37 triliun. Angka ini turun 7% dibandingkan perolehan di periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 3,64 triliun.

Divisi beras yang berkontribusi 66% terhadap total pendapatan, malah turun sebesar 17%. Sementara pada divisi minyak sawit, tak ada pendapatan apa-apa. Bandingkan dengan tahun lalu yang mampu memperoleh pendapatan Rp 25,2 miliar. Pertumbuhan hanya berasal dari divisi makanan, itupun hanya 2%. "Memang tren awal tahun kurang baik, namun biasanya akan dikejar dengan kinerja kuartal III dan IV," lanjutnya.

Seperti kontrak baru penjualan biskuit yang akan didapat pada kuartal akhir tahun ini, dengan estimasi nilai Rp 400 miliar. Perseroan juga meluncurkan beberapa varian produk baru mi kering, bihun, dan snack Taro di semester I. Varian-varian ini diyakini AISA akan berkontribusi pada pendapatan hingga Rp 100 miliar di semester II.

Jika perolehan semester I senilai Rp 3,47 triliun bisa dipertahankan hingga akhir tahun, estimasinya, Sjarimbi bilang, perseroan akan mencatat penjualan Rp 6,75 triliun. Lalu, ditambah dengan pendapatan kontrak biskuit dan produk lainnya, estimasi akhir menjadi Rp 7,25 triliun atau naik 8% dari tahun lalu sebesar Rp 6,7 triliun.

Sementara itu, mengenai saham, Sjarimbi juga optimis posisi akan kembali normal. Selain itu, dari 53% saham AISA yang dimilikib publik, 40% merupakan milik investor asing dan institusi. "Jadi mereka lebih bisa berpikir logis, tidak semata-mata melihat kasus ini langsung membuang saham," ujarnya.

Menurutnya, saat ini pemegang saham tidak dalam keadaan panik. Ia mengaku telah memberi penjelasan pada seluruh investor dan masih menunggu perkembangan kasus ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×