kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AISI: Sejumlah Negara Meminta Ekspor Motor Belum Dirakit dari Indonesia


Senin, 15 Mei 2023 / 17:52 WIB
AISI: Sejumlah Negara Meminta Ekspor Motor Belum Dirakit dari Indonesia
ILUSTRASI. Sejumlah Negara Meminta Ekspor Motor Belum Dirakit dari Indonesia. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mengungkapkan saat ini sejumlah negara tujuan ekspor meminta agar motor yang dikirim ke negaranya dalam bentuk Completely Knock Down (CKD) atau motor yang belum dirakit. Sebelumnya Indonesia mengekspor motor dalam bentuk sudah jadi atau Completely Built Up (CBU). 

Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Sigit Kumala menjelaskan saat ini permintaan ekspor motor dari Indonesia mengalami sedikit perubahan. Sebelumnya Indonesia mengekspor kendaraan dalam bentuk CBU, tetapi di tahun ini ekspor motor beberapa dalam bentuk CKD. 

“Permintaan ekspor CKD ini sebetulnya sudah ada di tahun lalu tetapi jumlahnya belum begitu besar,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/5). 

Baca Juga: AISI Pertahankan Target Penjualan Motor Tahun Ini Meski Ada Subsidi Motor Listrik

Sigit mengakui, saat ini banyak permintaan ekspor dalam bentuk CKD karena negara tujuan ekspor mulai bisa memproduksi motor di negaranya sendiri. Adapun ekspor tersebut masih didominasi dari jenis motor matic atau scooter. 

Adapun dari segi data yang dihimpun AISI, Sigit mengakui, sampai saat ini belum data dari anggota yang menampilkan ekspor CKD jadi masih dalam tahap pengumpulan data. Diharapkan di bulan depan data tersebut sudah terkumpul dan tersedia.

Dia menjelaskan, perubahan bentuk ekspor ini tidak berdampak banyak bagi industri manufaktur motor dalam negeri. 

“Hanya beda bentuknya saja, kalau dulu utuh sedangkan sekarang terurai. Namun karena  jumlahnya kurang lebih sama apa yang ada di unit itu sehingga tidak ada banyak dampak,” terangnya. 

Hanya saja saat ini sudah ada beberapa komponen yang tidak diekspor, seperti plastik. Jadi Indonesia hanya mengekspor mesin-mesin saja. 

Sigit tidak menutup kemungkinan bahwa dengan mengekspor barang dalam bentuk sparepart terurai, profit yang diraih perusahaan manufaktur bisa lebih banyak. Dengan begitu, pihak perusahaan bisa saja akan meningkatkan produksinya.  

Sampai dengan April 2023, ekspor motor mengalami peningkatan 11,46% dibandingkan Maret 2023. Tercatat ekspor di April sebanyak 41.201 unit sedangkan bulan lalu sebanyak 36.962 unit. 

Namun jika ekspor Januari-April 2023 ditotal, realisasinya mengalami penurunan dibandingkan periode 4 bulan pertama di tahun lalu. Data dari AISI menunjukkan hingga akhir April 2023 ekspor sebanyak 163.059 unit sedangkan pada Januari-April 2022 sebesar  224.236 unit. 

Secara umum AISI melihat, prospek ekspor kendaraan motor roda dua cukup besar di sepanjang tahun ini karena produk Indonesia memiliki keunggulan yakni harganya lebih kompetitif. Sejatinya Indonesia merupakan negara ketiga terbesar di dunia yang memproduksi sepeda motor. 

Baca Juga: Subsidi Kendaraan Listrik Akan Efektif Jika Pemerintah Membatasi Kendaraan BBM

“Ekspor Indonesia banyak ke Asia Tenggara, kemudian Eropa, Asia tengah. Dari tahun ke tahun penjualan ke Asia Tenggara memang cukup besar 35% hingga 45% dari total ekspor motor,” ujar Sigit. 

Sigit mengakui ada tiga Agen Pemegang Merek (APM) yang mencatatkan ekspor terbesar yakni Honda, Yamaha, dan Suzuki. 

Di sepanjang tahun ini Sigit mengharapkan ekspor motor bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu. Selain karena permintaan yang meningkat, juga tantangan yang banyak dihadapi tahun lalu seperti terhambatnya rantai pasok semi konduktor sudah tidak lagi terjadi saat ini. 

“Mudah-mudahan ekonomi tetap terjaga jadi bisa berproduksi dengan harga yang lebih kompetitif,” terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×