kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,00   -5,29   -0.58%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akasha akan menjual minuman rasa


Sabtu, 21 Juni 2014 / 10:22 WIB
Akasha akan menjual minuman rasa
ILUSTRASI. Teller menghitung uang di sebuah bank milik pemerintah di Jakarta, Selasa (27/12/2022). KONTAN/Baihaki/27/12/2022


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JaKARTA. Memperbanyak koleksi dagangan termasuk strategi perusahaan mengejar kinerja. Salah satu yang menerapkan strategi ini adalah PT Akasha Wira International Tbk. Produsen air minum dalam kemasan (AMDK) ini berencana terjun ke ceruk bisnis minuman berasa.

Perusahaan berkode ADES di Bursa Efek Indonesia ini menargetkan produksi minuman berasa bisa dimulai akhir tahun nanti. "Kami ada beberapa opsi yang masing-masing dikaji. Bisa jadi kopi, atau jeli, atau yang lain. Semua kemungkinan terbuka," ujar Martin Jimi, Direktur Utama Akasha Wira, kemarin, (20/6)

Meski bisa dibilang aksi Akasha masuk ke ceruk bisnis ini terlambat, namun perusahaan itu cukup percaya diri bisa merebut pasar minuman berasa. Dasarnya, mereka mengincar segmen pasar yang berbeda.

Selain masih merahasiakan detail produk, Akasha belum mau cerita perihal pengelolaan produk baru tersebut. Perusahaan ini hanya memberi sinyal, bisa saja bisnis minuman rasa ini dikelola sendiri atau membikin perusahaan joint venture.

Yang jelas, demi mendukung rencana ini, Akasha bakal mengoperasikan kembali tiga pabriknya yang sempat mati suri, yakni pabrik di Sengon, Jawa Timur, Pandeglang, Banten dan Sukabumi, Jawa Barat. Ketiga pabrik ini akan memproduksi minuman berasa dan AMDK sekaligus.

Perlu Anda ketahui, pabrik Sengon tutup sejak 2007 dan baru Mei tahun ini beroperasi kembali. Untuk menghidupkan kembali pabrik ini, Akasha menggelontorkan dana US$ 6 juta. Dana ini untuk membeli mesin produksi. "Investasi ini multiyears, dibayar setengahnya pada tahun lalu dan setengahnya tahun ini," terang Martin.

Pabrik di Sukabumi diprediksi siap beroperasi pada kuartal III atau kuartal IV tahun ini. Lalu, pabrik  Pandeg-lang kemungkinan beroperasi tahun depan. Sayang, di dua pabrik ini, Akasha tak berbagi informasi nilai investasi.

Catatan saja, Akasha juga memiliki pabrik di Cibinong, Bogor dan Sengon yang memproduksi AMDK. Masing-masing pabrik berkapasitas produksi 200 juta liter per tahun. Utilitas produksi pabrik Cibinong sudah 100%, sedangkan pabrik Sengon baru 50%.

Melalui pabrik-pabrik ini, Akasha memproduksi Nestle AMDK merek Pure Life dan Vica Royal. Anda mungkin ingat, saat masih menyandang nama PT Ades Waters Indonesia, Akasha juga memiliki merek Ades. Merek ini kemudian diproduksi Coca-Cola Bottling Indonesia.

Naikkan harga

AMDK hanya satu dari dua sumber pendapatan utama Akasha. Perusahaan itu juga mengandalkan pendapatan dari penjualan produk kosmetik perawatan rambut yang menggunakan merek Makarizo. Pabrik Makarizo di Pulo Gadung, Jakarta Timur, kini memiliki tingkat utilisasi produksi sebesar 80%.

Pada kuartal I tahun ini, kontribusi pendapatan dari penjualan Makarizo justru terbesar. Dengan catatan penjualan Rp 78,79 miliar, lini bisnis ini berkontribusi 60,93% terhadap total pendapatan Rp 129,32 miliar.

Di periode ini, Akasha masih mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 1,84% menjadi Rp 126,32 miliar. Namun laba perusahaan anjlok 64,38% menjadi Rp 7,62 miliar. Penyebab laba terkoreksi adalah peningkatan beban pokok penjualan, beban penjualan, beban lain-lain dan beban keuangan.

Direktur Akasha Wira, Wihardjo Hadiseputro, mengatakan beban meningkat karena perusahaan mengimpor bahan baku kemasan AMDK, yaitu plastik polietilena tereftala (PET) dan bahan baku kosmetik. Nah, pembelian bahan baku dalam dollar Amerika Serikat tidak menguntungkan tatkala rupiah melemah.

Namun, Akasha optimistis bisa mengejar target pertumbuhan pendapatan tahun ini berkisar 15%–20% dari pendapatan 2013 yang sebesar Rp 502,52 miliar. "Tahun ini kami melakukan adjustment price 5%–10% sekali saja setahun untuk AMDK dan untuk kosmetik," ujar Wihardjo.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×