Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berganti nama dan melepas pengendalian pada bisnis batubara termal Grup Adaro, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) fokus menggarap bisnis yang lebih berkelanjutan. Di samping batubara metalurgi, ADRO sedang mengembangkan bisnis mineral dan energi terbarukan.
ADRO menjalankan bisnis batubara metalurgi dan mineral melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Proyek besar yang sedang dikerjakan oleh ADMR adalah smelter aluminium melalui anak usahanya, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI).
Direktur ADMR sekaligus Presiden Direktur Kalimantan Aluminium Industry Wito Krisnahadi mengungkapkan proyek smelter aluminium ini siap memulai tahap awal operasi komersial alias Commercial Operation Date (COD) pada kuartal keempat tahun ini. Pada tahap pertama, smelter ini akan memiliki kapasitas produksi 500.000 ton aluminium per tahun.
Namun, Wito menjelaskan, produksi akan dilakukan secara bertahap (ramp up). Dus, tingkat optimal produksi dari smelter yang berlokasi di Kalimantan Utara ini ditargetkan akan terjadi pada September atau Oktober 2026.
"(Produksi) tahun ini mungkin baru sekitar 100.000 ton, dan akan ramp up sampai tahun depan, sekitar September atau Oktober. Baru di 2027 akan bisa kapasitas penuh," kata Wito dalam acara media meeting, Rabu (19/3).
Baca Juga: Harga Batubara Melorot, Cek Rekomendasi Saham Adaro Minerals (ADMR)
Wito memastikan, ADMR telah mengamankan pasokan alumina sebagai bahan baku dari smelter aluminium tersebut. ADMR juga sudah menjajaki kontrak jual beli aluminium yang dihasilkan oleh smelter, baik dari pihak luar negeri maupun perusahaan di dalam negeri.
Hanya saja, Wito belum membuka perusahaan mana saja yang akan menyerap aluminium yang dihasilkan oleh smelter ADMR. Dia hanya memberikan gambaran, mayoritas hasil smelter aluminium ADMR akan ditujukan ke pasar ekspor.
"Pada tahap awal ini lebih banyak ke ekspor. Untuk lokal mudah-mudahan bisa di atas 10%. Ada beberapa industri (yang siap membeli aluminium dari smelter ADMR), ada (perusahaan) otomotif dan lainnya, tapi market lokal masih belum banyak," terang Wito.
Secara kinerja, beroperasinya smelter aluminium ini akan mendongkrak pendapatan, arus kas dan laba ADMR. Hanya saja, Wito tidak memberikan proyeksi. Sebagai gambaran, kontribusi dari smelter aluminium akan tergantung dari harga pasar komoditas aluminium serta volume yang terjual.
Adapun, harga aluminium saat ini berkisar di level US$ 2.700 per ton. "Itu harga pasar ya, bisa naik atau turun. Jadi (harga aluminium) dikali volume. Nah itu bisa menjadi dasar proyeksi tambahan revenue, cash flow maupun profit kami yang konsolidasi ke ADMR," terang Wito.
Setelah tahap pertama rampung, ADMR pun siap untuk mengembangkan smelter aluminium ini, hingga mencapai kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun. Namun untuk tahap selanjutnya, ADMR akan terlebih dulu menunggu pasokan energi listrik hijau, terutama dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang Induk.
Proyek PLTA senilai Rp 50 triliun
PLTA berkapasitas 1.375 Megawatt (MW) tersebut sedang dikerjakan oleh entitas usaha ADRO lainnya, yakni PT Kayan Hydropower Nusantara (KHN). Perusahaan ini merupakan joint venture antara ADRO, Sarawak Energy Berhad, dan PT Kayan Patria Pratama.
Ditemui pada acara yang sama, Direktur KHN Andhi Marjono optimistis proyek PLTA Mentarang Induk akan COD sesuai target, yang dijadwalkan pada tahun 2030. Listrik dari PLTA Mentarang Induk akan dialirkan ke Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIPI), terutama untuk memasok energi bersih ke smelter aluminium ADMR.
"Sampai saat ini (progres proyek) masih di bawah 5%. Kami sedang persiapan untuk membangun terowongan utamanya. Insha Allah mulai pertengahan tahun ini akan kami kebut, sehingga nanti akan tercapai target di 2030," terang Andhi.
Andhi bilang, seluruh proses persiapan dan pengerjaan proyek PLTA Mentarang Induk ini menggunakan standar hydro power internasional. Di samping untuk memenuhi aspek keamanan dan lingkungan, pemenuhan standar internasional ini sebagai bagian dari syarat memperoleh pendanaan.
Baca Juga: Prospek Harga Batubara Metalurgi Suram, Simak Rekomendasi Saham Adaro Minerals (ADMR)
Adapun, investasi untuk membangun proyek PLTA ini mencapai sekitar US$ 2,7 miliar. Estimasi dalam rupiah diperkirakan antara Rp 45 triliun - Rp 50 triliun. Namun jika dikonversi dengan kurs saat ini sebesar Rp 16.480 per dolar Amerika Serikat, maka nilai investasi PLTA Mentarang Induk mencapai Rp 44,48 triliun.
Dana tersebut akan dikucurkan untuk membangun bendungan hingga jaringan transmisi listrik. Andhi berharap pendanaan (financial closing) bisa tercapai pada awal tahun depan. "Saat ini kami sedang berusaha untuk memenuhi semua persyaratan, karena target kami adalah dalam waktu dekat semoga bisa financial closing," ungkap Andhi.
Presiden Direktur PT AlamTri Power, Dharma Djojonegoro menambahkan, pembangunan PLTA dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PTLS) akan menjadi fokus dari ADRO di bidang energi terbarukan. Selain proyek PLTA Mentarang Induk, saat ini AlamTri Power sudah mengoperasikan PLTS untuk kegiatan operasional di Grup Adaro.
Kapasitas PLTS tersebut adalah 130 kilowatt peak (kWp) untuk jenis PV rooftop dan 468 kWp untuk PV terapung. Dharma mengungkapkan, AlamTri Power akan menggelar ekspansi untuk menambah kapasitas PLTS hingga sebesar 8 MW.
Mengenai ekspansi secara anorganik, Dharma tak menutup kemungkinan terkait peluang ADRO untuk melakukan akuisisi. Hanya saja, Dharma menegaskan bahwa saat ini ADRO masih fokus untuk menyelesaikan berbagai proyek eksisting di bisnis hilirisasi tambang maupun energi terbarukan.
"Tidak pernah tertutup kemungkinan (akuisisi). Tapi saat ini kami fokus ke proyek yang sudah ada. Karena proyeknya kan mega semua, miliar dolar. Jadi kami mesti fokus eksekusi. Smelter, bendungan (PLTA), itu semua kan kompleks, kami fokus ke situ dulu," tandas Dharma.
Selanjutnya: WIKA Siap Operasikan Tol Serang-Panimbang Seksi 1 untuk Arus Mudik Lebaran 2025
Menarik Dibaca: Ramayana Rekrut 10.000 Karyawan, Bantu Pulihkan Ekonomi Lokal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News