Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Tak muluk-muluk, PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) hanya menargetkan pendapatan tahun ini sama dengan tahun lalu. Presiden Direktur ALKA, Peng Tjoan mengatakan, masuk Agustus tahun ini harga alumina yang menjadi andalan bisnis ALKA belum naik signifikan seperti pada awal tahun.
Oleh karena itu, ALKA mengupayakan efisiensi dan pengelolaan margin harga produk yang baik. "Untuk pendapatan kami cenderung konservatif, mungkin sama dengan tahun lalu," kata Peng pada paparan publik insidentil di Bursa Efek Indonesia, Kamis (31/8).
Asal tahu saja, ALKA di tahun lalu meraup pendapatan senilai Rp 1,15 triliun. Hingga akhir semester pertama, ALKA meraup pendapatan Rp 687 miliar, tumbuh 14% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Namun untuk laba bersih, Peng berani menargetkan bahwa ALKA bakal keluar dari kerugian di tahun lalu. "Paling tidak sampai akhir tahun nanti laba bersih bisa dua kali lipat dari perolehan semester satu lalu," ujar dia.
Di semester satu 2017 ALKA memperoleh laba bersih Rp 17 miliar, artinya sampai tutup tahun 2017 ALKA percaya diri meraih laba bersih sekitar Rp 34 miliar. Sebenarnya, pada semester pertama tahun lalu, ALKA mencatat laba tahun berjalan Rp 66 juta. Tapi, emiten ini mencatat rugi komprehensif Rp 1,39 miliar.
Selama semester satu, menurut Peng, pihaknya diuntungkan oleh order-order alumina yang pendek alias bukan kontrak panjang. "Kami beli alumina di dalam negeri lalu jual ke Timur Tengah, order langsung itu terbukti menguntungkan," urai Peng.
Jika dibandingkan kontrak panjang, harga produk alumunium dikhawatirkan ikut menurun. Bagi Peng, perseroan tetap menyuplai kebutuhan pelanggan tetap selama jangka 2-3 tahun, namun demi kepentingan usaha tawaran pembelian pendek tetap dijabani.
Peng mengatakan, selain efisiensi, ALKA terbantu dari harga jual alumina yang tengah baik kondisinya. "Saat ini banyak pabrik alumina di China tutup, sehingga pasokan terbatas dan otomatis harga ikut naik," ujar Peng.
Adapun harga alumina menurut LME, kata Peng, saat ini tembus US$ 2.000 per metrik ton. "Bayangkan saja kalau dulu kisaran US$ 1.800. Kalau kondisi tetap seperti ini maka bisa saja tembus ke US$ 2.500 per metrik ton,” urai Peng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News