kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.444   90,00   0,55%
  • IDX 6.969   -139,15   -1,96%
  • KOMPAS100 1.011   -24,78   -2,39%
  • LQ45 775   -17,94   -2,26%
  • ISSI 227   -4,16   -1,80%
  • IDX30 402   -10,37   -2,52%
  • IDXHIDIV20 472   -11,39   -2,36%
  • IDX80 114   -2,57   -2,21%
  • IDXV30 116   -2,17   -1,83%
  • IDXQ30 130   -2,94   -2,22%

Sertifikasi jadi cara bertahan bisnis kertas


Senin, 12 Desember 2016 / 12:44 WIB
Sertifikasi jadi cara bertahan bisnis kertas


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Rizki Caturini

TOKYO. Bisnis kertas tidak lepas dari isu lingkungan. Sebutlah ketika ada kabut asap, pebisnis kertas yang bahan bakunya berasal dari kayu, otomatis jadi sorotan bahkan sampai produknya diboikot. Di beberapa negara, misalnya Singapura, produk Sinarmas dan Asia Pulp and Paper (APPJ) diboikot.

Menurut Tan Ui Sian, Chairman Asia Pulp and Paper Japan (APPJ), hal itu tidak dialaminya di Jepang. "Kami tidak mengalami penurunan permintaan saat itu," kata dia. Pasalnya, mereka sudah mengantungi sertifikat pengelolaan hutan industri. "Pihak Jepang tidak gampang memberikan sertifikasi," ujar Tan.

Tahun 2009 misalnya, mereka mengantungi sertfikat Programme for the Endorsemen of Forest Certificate (PEFC). Sertifikat ini diberikan untuk hutan industri yang memasok bahan baku untuk APP, termasuk asal mula kertas yang dijual APPJ.

Haruyoshi Takeuchi, Sekretaris Jenderal PEFC Asia Promotions mengatakan bahwa 1,5 juta hektare hutan industri di Indonesia mendapatkan sertifikat PEFC sejak bergabung tahun 2012. Sekitar 1 juta hektare di antaranya adalah pemasok APP.

Selain itu, 16 item merek kertas yang dipasarkan APPJ sendiri juga sudah sesuai dengan Green Purchasing Network. Gakuji Fukatsu, Direktur Eksekutif GPN, bilang lembaganya membuat panduan tentang dampak produk yang dipasarkan untuk konsumen. GPN diawali dari Jepang dan kini sudah berkembang menjadi International Green Purchasing Network di 11 negara. APPJ, kata Fukatsu, bergabung dengab GPN sejak 2005.

Di Jepang tidak mudah bagi produsen kertas masuk GPN. "Konsumen lebih menghargai kertas daur ulang," katanya. Tapi lama kelamaan kertas daur ulang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kertas.

Untuk memperoleh sertifikasi, Sinarmas menerapkan sistem hutan berkelanjutan sejak tahun 1990an. Mereka mencari bibit unggul yang cocok ditanam di hutan industri Indonesia.

Suharyanto, Kepala R&D Sinarmas Forestry Bioteknology mengatakan pihaknya meneliti ratusan varian akasia dan eukaliptus yang tumbuh bagus di iklim Indonesia. Maklum saja ada sekitar 1.000 macam spesies Eukaliptus. "Yang cocok di Indonesia ternyata Eukaliptus Pelitta," kata dia. Jenis pohon ini bisa dipanen dalam 5 sampai 6 tahun dengan hasil bubur kertas optimal. Sebagai perbandingan, pohon sama butuh 8 tahun untuk tumbuh sampai mencapai spesifikasi sama di Brazil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×