kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.295   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.821   -48,63   -0,71%
  • KOMPAS100 985   -10,02   -1,01%
  • LQ45 759   -5,83   -0,76%
  • ISSI 221   -1,59   -0,71%
  • IDX30 391   -4,32   -1,09%
  • IDXHIDIV20 455   -6,17   -1,34%
  • IDX80 111   -0,86   -0,77%
  • IDXV30 112   -1,48   -1,30%
  • IDXQ30 127   -1,34   -1,04%

Anak usaha Antam tunda akuisisi batubara


Senin, 01 Oktober 2012 / 15:36 WIB
Anak usaha Antam tunda akuisisi batubara
ILUSTRASI. TAJUK - Syamsul Ashar


Reporter: Petrus Dabu |

JAKARTA. Akibat harga batubara yang merosot sejak Mei, PT Indonesia Coal Resources menunda rencana akuisisi Izin Usaha Pertambangan (IUP) batubara di Kalimantan tahun ini. Anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) itu tidak mencapai kata sepakat soal harga dengan pemilik IUP.

"Tadinya, kami mau akusisi minimal satu IUP tahun ini di Kalimantan, tetapi otomatis tidak bisa dilakukan dengan kondisi harga batubara sekarang," ujar Direktur Utama Indonesia Coal Resources, Bachtiar Maggalatung saat dihubungi KONTAN, Senin (1/10).

Sebenarnya perusahaan sudah mencapai kesepakatan dengan satu pemilik IUP batubara di Kalimantan dan tinggal menanti proses due diligence. IUP yang hendak diakusisi tersebut memiliki cadangan 20 juta-30 juta ton.

Semula, kedua pihak sepakat pembelian IUP itu di harga US$ 18 juta. Tetapi dengan harga batubara yang terus merosot, harga US$ 18 juta tersebut menjadi tidak layak (feasible). "Net present value-nya akan negatif,"ujarnya.

Indonesia Coal Resouces pun meminta agar harga diturunkan menjadi US$ 5 juta, tetapi pemilik IUP tidak setuju.

Saat ini, Indonesia Coal Resources telah memiliki IUP batubara di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Dari IUP tersebut, mereka berencana akan memproduksi 1 juta ton batubara.

Namun, kata Bachtiar, dengan kondisi harga yang merosot, target tersebut tidak relevan lagi. Sebab perusahaan akan membatasi produksi batubara.

Dari Januari 2012-September 2012 produksi batubaranya sebanyak 433.000 ton. Padahal seharusnya mencapai 500.000 ton.

Hingga Mei, pihaknya masih menjual batubara dengan harga sekitar US$ 39-US$ 40 per ton. Namun terakhir, mereka menjual 100.000 ton batubara dengan harga hanya US$ 25,5 per ton, sedangkan biaya produksi sudah sebesar US$ 27 per ton.

"Kami terpaksa tetap menjualnya karena itu low rank coal, yang kalau disimpan akan terbakar. Daripada rugi US$ 27 per ton lebih baik rugi US$ 1,5 per ton," ujarnya.

Beruntung, perusahaan menjual batubara ke China dan India di pasar spot sehingga tidak terikat kontrak jangka panjang dengan pembeli. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×